EKSEKUSI MATI DUO BALI NINE

Pasca Eksekusi Mati Duo Bali Nine, Ini Dampaknya Bagi Bali

Pasca eksekusi, diperkirakan jumlah turis Australia yang akan berkunjung ke Bali akan menurun.

Penulis: Ady Sucipto | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
kompas.com
Dua terpidana mati kasus narkotika kelompok Bali Nine yaitu Myuran Sukumaran (kiri) dan Andrew Chan usai proses pengadilan di Bali, 14 Februari 2006. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR – Eksekusi mati terhadap delapan terpidana kasus narkotika pada Rabu (29/4/2015) dini hari tadi berlangsung di Pulau Nusakambangan, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah.

Namun demikian, dampaknya bisa `menyeberang` ke Bali.

Karena dua dari sembilan terpidana yang dieksekusi itu berasal dari Australia, Gubernur Bali memperkirakan kunjungan warga Australia ke Bali akan terpengaruh.

Pasca eksekusi, diperkirakan jumlah turis Australia yang akan berkunjung ke Bali akan menurun.

Padahal, selama ini Australia adalah penyumbang terbesar kunjungan wisatawan asing ke Bali.

“Tentu saja dalam waktu dekat akan ada pengaruh dari eksekusi itu, terutama bagi pariwisata Bali. Karena itu, kita harus pikirkan antisipasinya, apa yang yang harus dilakukan pasca eksekusi itu untuk meminimalkan dampaknya bagi Bali. Sebab, wisawatan Australia adalah terbesar di sini,” kata Gubernur Bali, Made Mangku Pastika, di sela acara pembukaan Diklat Kepemimpinan Tingkat II di Denpasar, Selasa (28/4/2015).

Seperti diwartakan, diantara delapan terpidana yang dieksekusi dini hari tadi terdapat dua warga Australia, yakni Andrew Chan dan Myuran Sukumaran.

Keduanya dijuluki duo ‘Bali Nine’ karena perannya dalam penyelundupan heroin seberat 5,8 kg lewat Bandara Ngurah Rai pada 2005.

Akhir-akhir ini, pemberitaan yang gencar di media Australia tentang rencana eksekusi telah memunculkan aksi simpati di Negeri Kanguru itu terhadap Andrew dan Myuran.

Bahkan, pada Februari lalu muncul gerakan `Boikot Bali` yang digalang warga Australia di media sosial jika eksekusi tetap dilaksanakan.

Pastika mengungkapkan, efek dari pemberitaan eksekusi itu, misalnya, telah membatalkan acara kunjungan mantan Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ke Australia.

“Pak SBY kemarin rencananya akan ke Australia dengan transit dulu di Bali, tapi tidak jadi karena ada perubahan situasi terkait adanya eksekusi. Itu saja sudah jelas kelihatan efeknya,” jelas Pastika yang mantan Kapolda Bali.

Saat ini jumlah wisatawan asing di Bali masih didominasi oleh warga Australia .

“Bali adalah rumah kedua mereka, apalagi sebentar lagi mulai musim dingin di sana. Mereka semua biasanya akan ke sini (Bali). Tapi, kalau terjadi penurunan kunjungan mereka, apa yang akan terjadi? Bagaimana hotel-hotel? Bagaimana Kuta? Nah, bagaimana mengelola kemungkinan-kemungkinan, itulah salah-satu tugas pemimpin,” kata Pastika yang mengarahkan pernyataannya pada para peserta Diklat Kepemimpinan Tingkat II. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved