Bali Paradise

Objek Wisata Sangeh, Pengunjung Tak Perlu Khawatir Bermain dengan Monyet

Objek wisata satu ini menyuguhkan kehidupan dari 600 lebih monyet yang tinggal di tengah hutan

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Cisilia Agustina S
Pemandangan objek wisata Sangeh, Badung, Bali 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Suasana alami, di mana masih terdengar kicau burung dan semilir angin nan sejuk masih cukup terasa di sini.

Di hutan seluas 14 hektare yang dikenal dengan sebutan Objek Wisata Sangeh.

Terletak di Desa Sangeh, Kecamatan Abiansemal, Badung, Bali, objek wisata satu ini menyuguhkan kehidupan dari 600 lebih monyet yang tinggal di dalamnya.

Monyet-monyet ini tersebar di berbagai titik di area objek wisata.

Yang cukup banyak terlihat adalah di kawasan Pura Bukit Sari, pura yang berada di tengah-tengah Hutan Sangeh, yang juga areal suci dikeramatkan masyarakat Desa Adat Sangeh.

Monyet kecil hingga yang besar, berkeliaran dengan lincah ke sana kemari.

Saat melihat pengunjung yang datang, sontak ada yang menjauh, tetapi ada juga yang mencoba mendekat.

Apalagi ketika melihat manusia membawakan makanan atau kacang untuk mereka, para monyet ini datang mendekat.

Ada juga beberapa monyet yang jahil, yang kerap mendekati para manusia yang datang.

Karena itu mesti berhati-hati terhadap barang bawaan masing-masing.

Namun juga tidak perlu begitu khawatir, karena para petugas kerap berkeliling di area objek wisata ini.

Monyet-monyet ini tampak bergelantungan di antara pepohonan, saat pengunjung menyusuri jalan setapak yang di kanan kirinya hutan.

Ada juga yang duduk-duduk di batu sambil saling mencari kutu di tubuh mereka satu sama lain.

Yang juga unik dari objek wisata ini adalah hutan yang dipenuhi Pohon Pala, yang katanya hanya bisa ditemui di sini.

Menurut mitos masyarakat dan pengelola setempat, dulunya Pohon Pala ini dibawa dari Gunung Agung, Karangasem, untuk dipindahkan ke Mengwi, Badung, secara diam-diam.

“Namun dalam perjalanan pemindahan tersebut dilihat, ketahuan oleh orang (dalam bahasa Bali “Sang”) dan melihat sendiri dalam Bahasa Bali adalah “Ngeh”, sehingga akhirnya pemindahan itu terhenti dan kemudian hutan ini dinamakan ”Sangeh“,” ujar I Gusti Agung Sandiawan, petugas Wisata Sangeh.

Menurut Gusti, para pengunjung yang datang, tak hanya dari masyarakat lokal sekitar.

Namun banyak juga dari wisatawan asal Denpasar, luar Bali hingga para wisatawan mancanegara.

Beberapa mahasiswa juga kerap datang untuk penelitian.

“Enak di sini tempatnya sejuk, anak juga senang bisa lihat dan main-main sama monyet di sini,” ujar Suci, satu di antara pengunjung asal Malang yang tinggal di Denpasar.

Bersama suami dan anak laki-lakinya, Darma, yang masih berusia 2 tahun, Suci mengaku baru pertama kali datang ke Objek Wisata Sangeh.

Meski cukup sering melewati tempat ini, tetapi baru kali ini bisa menyempatkan diri untuk berkunjung.

Secara operasional, Objek Wisata Sangeh ini dikelola oleh Desa Pakraman Sangeh.

Namun, ada juga beberapa bantuan dari pihak Pemerintah Badung.

Sebagai tiket masuk, para pengunjung dikenakan biaya Rp 10 ribu per orang.

Objek Wisata satu ini juga sudah dilengkapi beberapa fasilitas.

Di area parkir, sudah terdapat warung-warung berjejer yang menyajikan makanan dan minuman untuk para pengunjung yang ingin beristirahat usai berkeliling objek wisata.

Di area dalam, juga ada satu area khusus berisi para pedagang lokal, yang menawarkan oleh-oleh khas Bali yang dapat dibeli oleh para pengunjung di sini.

Bentuk Unik Pohon Lanang Wadon

Selain dipenuhi oleh ratusan monyet yang tersebar di seluruh area hutan pala, ada juga keunikan lain di Objek Wisata Sangeh ini.

Yakni satu pohon pule yang disebut Pohon Lanang Wadon, yang jika diartikan ke dalam Bahasa Indonesia, berarti laki-laki dan perempuan.

Keunikan bentuknya inilah yang membuat pohon tersebut dinamakan seperti itu. Bagian bawah pohon itu berlubang, sehingga menyerupai alat kelamin perempuan.

Dan, di tengah lubang tersebut tumbuh batang yang mengarah ke bawah yang terlihat seperti alat kelamin pria.

Pohon Lanang Wadon ini tumbuh dan dapat dijumpai tepat di area depan Objek Wisata Sangeh.

Tak hanya itu, yang juga menarik, adalah pura-pura yang ada dalam kawasan hutan Sangeh ini.

Jika Pura Bukit Sari adalah pura terbesar di kawasan ini, masih ada 4 pura lagi yang tersebar di objek wisata ini.

Antara lain, Pura Melanting, Pura Tirta, Pura Anyar dan Pura Batan Pole.

Pura Batan Pole ini juga kawasan di mana Pohon Lanang Wadon yang dimaksud tersebut tumbuh sejak dari zaman dahulu. (*)

Objek Wisata Sangeh

* Terletak di hutan seluas 14 hektare di Desa Sangeh, Abiansemal, Badung

* Ada sekitar 600 monyet yang tinggal di dalamnya

* Hutan ini dipenuhi Pohon Pala, konon dibawa dari Gunung Agung

* Pengunjung dikenai tarif Rp 10 ribu 

Sumber: Tribun Bali
Tags
Badung
Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved