Art Culture

Kenyem Ubah Batu Jadi Objek Gambar yang Menarik dan Unik

Apa yang ia capai hingga kini berkat perjuangan keras seperti apa yang ia kisahkan dalam seri batu karyanya.

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali
Kenyem 

“Awalnya bingung mau jadi pelukis atau kerja apa. Mulai seriusnya saat sudah kuliah di STSI, sekitar tahun 1996,” tambah ayah dua anak ini.

Masa kuliah itu juga menjadi masa eksplorasi dan pencarian jati diri bagi Kenyem.

Bagaimana kerasnya ia dan teman-teman seangkatannya berjuang untuk memperkenalkan karyanya hingga bisa dilihat dan diterima masyarakat.

“Yang penting adalah total dalam berkarya, pasti akan tercapai,” sarannya.

Pendidikan dan perjuangan berkesenian yang ia jalani terus menghasilkan karya hingga kini.

Sejumlah penghargaan ia raih antara lain The Best Painting Kamasra Prize, STSI Denpasar (1996) dan The Best Artwork Tugas Akhir STSI Denpasar (1998).

Menggabungkan apa yang pernah ia pelajari semasa pendidikan akademisnya, itulah yang ia tuangkan dalam setiap karyanya.

Tidak ada satu jenis aliran yang menjadi patokannya dalam menggoreskan kuas di atas kanvasnya. Dengan begitu, ia bisa masuk ke berbagai jenis aliran yang ada.

“Ketika saya sudah lepas, saya ingin menggabungkan apa yang sudah pernah saya pelajari menjadi apa yang benar-benar saya inginkan. Inilah wujud karya saya. Saya tidak ingin terjerumus dalam satu aliran tertentu,” ujar Kenyem.

Masih merasa dalam tahap bereksperimen, Kenyem ingin terus menggali kemampuan dirinya.

Tidak serta merta merasa puas atas apa yang ia hasilkan.

Dan tak hanya berkarya lewat kuas dan kanvas, Kenyem juga mengeksplorasi kemampuan seninya di bidang seni rupa yang lain.

Kenyem juga menekuni seni instalasi.

Hal itu terbukti dari karya instalasinya yang sudah dipamerkan, antara lain, Menunggu Angin (Bamboo Instalation, 2010) dan Mengenang Masa Lalu Menatap Masa Depan (Bamboo Instalation, 2011).

Menurutnya, seni adalah sesuatu yang dihasilkan dengan sebuah keindahan dari apa yang ada di sekitar.

Apapun bentuknya kata dia, yang penting bisa menyenangkan perasaan sendiri terlebih dahulu, baru kemudian dapat menyenangkan orang lain. (*)

Sumber: Tribun Bali
Halaman 2 dari 2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved