Griya Style

Pantang Ubah Ukuran Rumah, Wayan Subandi Pertahankan Bangunan Langka Ini

Ia percaya jika ukuran diubah, akan mempengaruhi kehidupan keluarganya.Entah itu tidak merasa nyaman di rumah, atau selalu terkena musibah

Tribun Bali/AA Putu Santiasa Putra
Bangunan penampung padi masih tetap dipertahankan di rumah Wayan Subandi, Gianyar 

Laporan Wartawan Tribun Bali, AA Putu Santiasa Putra

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Wayan Subandi (75) tak pernah berani mengubah struktur bangunan yang sudah dia tempati puluhan tahun lalu ini.

Karena itu bentuk bangunan yang cukup langka seperti prapen atau tempat membuat pusaka, hingga bangunan penampung padi masih tetap dipertahankan.

“Saya tidak berani mengubah bentuk, ukuran, tinggi gedungnya, karena itu akan mempengaruhi kehidupan keluarga yang menempati rumah ini,” kata Wayan Subandi ditemui di rumahnya Jalan Raya Sayan Kutuh, Gianyar, Bali.


Prapen atau tempat membuat pusaka. (TRIBUN BALI/AA PUTU SANTIASA PUTRA)

Hanya saja agar bangunan tetap kuat berdiri, ia sempat melakukan perbaikan 15 tahun lalu.

Ia percaya jika ukuran diubah, akan mempengaruhi kehidupan keluarganya.

Entah itu tidak merasa nyaman di rumah, atau selalu terkena musibah, bahkan orangnya tidak betah di rumah.

Dengan alasan tersebut, kakek enam cucu ini tidak ingin untuk mengubah bentuk bangunannya.

Kesan bangunan berumur ini sudah bisa dilihat dari pengaturan ruangan serta ornamen rumah.

Begitu masuk rumah, akan langsung disambut oleh dua patung singa yang nampak duduk di kedua sisi pintu masuk. 


Bale (TRIBUN BALI/AA PUTU SANTIASA PUTRA)

Begitu berada di dalam areal rumah, terdapat sejumlah bangunan seperti bale daja, bale dangin, bale delod, bale dauh, prapen, dan lumbung padi.

“Ini merupakan tatanan bangunan lama dari leluhur saya. Walau prapen dan lumbung padinya tidak berfungsi tetap dipertahankan. Ini juga menyangkut  kenangan para tetua kita terdahulu,” urainya.

Di setiap bangunan memiliki ciri khas tersendiri, yakni jumlah saka (tiang), ukiran dan fungsinya.

Ukiran yang digunakan merupakan ukiran khas Sayan Kutuh dengan sapuan warna emas, serta warna alam dari kayu jati yang timbulkan kesan megah.

Terdapat juga bangunan saka sembilan yang dipergunakan untuk melakukan pertemuan keluarga Pande.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved