Pura Khayangan Jagat Goa Giri Putri
Pemedek Harus Merangkak Masuk Goa, Melatih Kesabaran di Goa Giri Putri
Setelah memasuki pintu masuk goa, pemedek harus berjalan jongkok atau menunduk, sebab atap goa sangat landai. Jika orang dewasa berdiri kepalanya akan
Jika orang dewasa berdiri kepalanya akan terbentur atap goa.
“Adeng-adeng, negak gen, kosotin pantatnya di lantai, awas kepalanya, nunduk nae (Pelan-pelan, duduk aja, seret aja pantatnya di lantai, awas kepala, nunduk dong)," teriak seorang ibu memberi aba-aba kepada anaknya saat memasuki pintu goa.
Setelah itu pemedek akan disungguhkan pemandangan menakjubkan.
Yakni rongga goa yang lebar dan besar, berwarna putih kecoklatan, lengkap dengan staglagtit pada atap goa, yang tampak masih meneteskan air.
Ada bagian tanah yang telah disemen dan dibubuhkan kerikil kecil sebagai alas pijak serta alas untuk duduk bersembahyang.
Namun di bagian lain dibiarkan berupa tanah aslinya berwarna coklat kehitaman.
Tampak pula batu karst besar yang diselimuti kain poleng, harum asap dupa dan kemenyan langsung menyeruak ketika pemangku memulai melafalkan mantra.
Saat itu tak ada yang angkat bicara bahkan bergumam satu sama lain sebab suara pasti langsung terdengar dan terpantul di dinding goa.
Hanya diterangi temaram titik lampu kuning dan ditemani lenting genta pemangku yang menggema bersahutan, berpantul dan berpencar ke sisi goa yang lain.
Persembahyangan bersama pun dilaksanakan.
“Baru masuk setelah melewati pintu sempit pengunjung pasti kaget dan takjub melihat besarnya Goa Giri Putri. Rongga goa lebar dan tinggi dapat menampung ribuan orang. Setelah diselimuti rasa penasaran pemedek pasti senang melihat goa dan puranya,” ungkap Jero Mangku Dunia. (*)
Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:
Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali
Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali