Melarat di Pulau Surga
7 Warga Ini Tidur Beralaskan Tanah, Tinggal di Rumah Tanpa Dinding
Setiap malam, mereka tidur beralas tanah yang hanya dilapisi terpal, tidak terkecuali anaknya yang masih bayi.
Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Suami dan kedua mertuanya sehari-hari bekerja sebagai pengalap (pemetik) cengkih. Mereka mendapatkan upah Rp 100 ribu per hari.
Uang itu tidak hanya digunakan kebutuhan sehari-hari mereka, tetapi juga untuk biaya sekolah adik iparnya, Ni Putu Karmila yang kini sekolah kelas VII di SMPN 4 Seririt.
“Untuk biaya adik ipar saya sekolah juga, dia nggak dapat beasiswa dari sekolahnya. Waktu SD sekali dapat beasiswa. Kalau dibilang cukup untuk sehari-hari, dicukup-cukupkan saja. Kalau saya nggak bisa bantu kerja karena harus jaga anak dan adik ipar saya yang masih kecil,” katanya.
Perbekel Ularan, I Nyoman Sarjana mengatakan, pada tahun ini keluarga Sunarti telah mendapatkan bantuan bedah rumah dari Dinas Sosial Provinsi Bali atas nama mertuanya, I Made Mukiarta.
Rumah itu akan dibangun di atas tanah pribadinya seluas satu are tidak jauh dari rumah yang ditinggalinya saat ini.
“Tahun ini sudah dapat mereka bedah rumah, di anggaran perubahan ini ada 10 kepala keluarga yang dapat. Bantuan lain seperti beras miskin, BLT mereka juga dapat. Kalau di desa kami prioritaskan memang yang benar-benar miskin seperti mereka yang dapat,” jelasnya. (*)
Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:
Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali
Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali