Bentrokan di Lapas Kerobokan
Ratusan Anggota Baladika Antar Jenazah Korban Bentrok Teuku Umar
Donal yang merupakan warga Banjar Batan Buah, Kecamatan Abiansemal adalah satu dari dua korban tewas dalam insiden bentrok di Teuku Umar, Denpasar
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: gunawan
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Ni Wayan Gadung (53) tidak bisa menahan kesedihannya. Sembari dibopong oleh saudaranya, Gadung tak henti-henti menangis saat mengantarkan jenazah anaknya Made Mertayasa (27) alias Donal ke setra Desa Adat Abiansemal Dauh Yeh Cani, Badung Selasa (5/1/2016) pukul 10.00 Wita.
Donal yang merupakan warga Banjar Batan Buah, Desa Abiansemal Dauh Yeh Cani, Kecamatan Abiansemal adalah satu dari dua korban tewas dalam insiden bentrok di Teuku Umar, Denpasar, belum lama ini.
Di tengah khusyuknya ritual pengabenan, Ni Wayan Gadung tampak duduk sembari menangis di pojok timur bale dangin.
Dia tak menyangka, anak semata wayangnya meninggalkannya dengan cara janggal.
Dia dan suaminya, Nyoman Lendra (53) yang seharusnya sibuk mempersiapkan ritual potong gigi Donal menjelang Hari Raya Galungan, justru harus mempersiapkan sara upakara kematian anaknya.
Dan, ritual potong gigi yang seharusnya dilakukan dengan suasana suka cita, harus dia jalani dengan penuh duka lara. Di mana anaknya harus di’sangih’ di bale dangin dalam keadaan sudah tak benyawa.
“Rencananya Galungan ini mendiang mau mesangih. Dan, bebantenanya pun sudah dikerjakan. Tapi karena meninggal, ia harus di’sangih’ dalam keadaan meninggal. Mesangihnya sudah tiga hari lalu (2/1/2015),” ujar seorang warga yang tak mau disebutkan namanya.
Di bawah sengatan terik sinar matahari, ratusan angota ormas Baladika Badung berkumpul di depan mendiang Donal. Tepat pukul 10.00 Wita, mereka secara serentak mengantarkan jenazah yang ditaruh di atas ‘bade’ untuk dikremasi di setra setempat.
Selain kehilangan anak semata wayangnya, Gadung dan Lendra juga luntang lantung mencari biaya pengabenan.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, biayanya mencapai Rp 40 juta. Sementara, gaji yang diterima Lendra dari hasil kerjanya sebagai penjaga terjun payung di Tanjung Benoa, Nusa Dua tidak menutupi.
“Mereka meminjam di setiap perbankan. Beruntung koperasi banjar memiliki program santunan, jadi adalah yang meringankan. Semoga ada pihak yang membantu pembiayaan pengabenan ini,” ujar seorang warga.(*)