Hari Raya Imlek

Asap Pembakaran Ong Lai di Hari Raya Imlek, ‘Usaha Tahun Depan Bisa Mekar’

“Kalau yang warna emas itu kami persembahkan untuk Tuhan dan Dewa-Dewi. Nah untuk yang perak itu kami persembahkan kepada leluhur,” imbuhnya.

Tribun Bali/Rizal Fanany
Ong Lai berbentuk buah nanas yang dipakai untuk keperluan imlek di sebuah kios di Jalan Nangka Selatan, Sabtu (30/1/2016). 

Laporan Wartawan Tribun Bali, I Gusti Agung Bagus Angga Putra

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Jelang perayaan Hari Raya Imlek, benda-benda khas negeri Tirai Bambu mudah ditemukan.

Kios-kios yang menjual pernak-pernik imlek di Denpasar, Bali bermunculan bak cendawan di musim penghujan.

Kios-kios tersebut menawarkan pelbagai macam sarana kebutuhan menyambut Hari Raya Imlek dengan bermacam-macam bentuk, ukuran, dan harga.

Satu di antara sekian banyak pernak-pernik kebutuhan imlek itu adalah Ong Lai.

Berbentuk menyerupai buah nanas, Ong Lai merupakan salah satu pernak-pernik imlek yang memiliki fungsi cukup penting.

Ong Lai terbuat dari kertas emas. Fungsinya adalah sebagai sarana persembahan kepada dewa-dewi.

Selain menyerupai bentuk Buah Nanas, terdapat juga bentuk lain seperti naga atau perahu dengan sebutan lain.

Sebutan Ong Lai hanya untuk sarana persembahyangan imlek yang berbentuk buah nanas.

“Ini namanya Ong Lai. Saya buat bentuk buah nanas. Biasanya dipakai untuk persembahan. Dibuatnya dari kertas emas. Kalau seperti orang Bali kan ada sesari berupa uang. Nah, Ong Lai bagi orang Tiongkok itu punya fungsi yang hampir sama seperti itu. Bentuknya macam-macam ya, enggak selalu harus buah nanas,” kata Wayan, seorang pedagang Ong Lai di kawasan Jalan Nangka Selatan, Denpasar, Sabtu (29/1/2016).

Menurut perempuan paruh baya ini, Ong Lai selain berwarna emas juga ada yang berwarna perak.

“Kalau yang warna emas itu kami persembahkan untuk Tuhan dan Dewa-Dewi. Nah untuk yang perak itu kami persembahkan kepada leluhur,” imbuhnya.

Along (50), seorang pedagang Ong Lai dan kudapan khas Hari Raya Imlek mengatakan, Ong Lai biasanya diletakkan di altar persembahan dan ditujukan untuk Dewi Kwan Im serta Dewa-Dewi lainnya dalam kepercayaan Tionghoa.

“Ong Lai dipergunakan saat sembahyang, maknanya mekar. Ong itu artinya mekar. Seperti buah nanas yang ketika berbuah itu dia mekar. Harapannya usaha kita di tahun depan bisa mekar. Ong Lai digunakan untuk persembahan kepada Dewi Kwan Im dan Tuhan,” jelasnya.

Along menambahkan, Ong Lai akan dibakar setelah persembahyangan usai.

“Maknanya disumbangkan ke atas (kahyangan). Asap dari pembakaran Ong Lai itu seperti simbol naiknya doa kita ke Tuhan,” tutup Along. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved