Cetar! Ogoh-ogoh Sang Tiga Buchari Ini Digerakkan Pakai Bluetooth

Ogoh-ogoh berjudul Sang Tiga Buchari hasil kreasi para pemuda dari STT Dharma Laksana ini terdiri dari empat sosok, yakni Dewa Siwa, Dyah Marakresna,

Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Rizal Fanany
Made Dwi Krisna (tak terlihat) dengan smartphone-nya menggunakan bluetooth untuk menggerakkan sistem motor power windows yang dipasang di Ogoh-ogoh Sang Tiga Bucari di Banjar Kaja Panjer, Jalan Waturenggo, Denpasar, Jumat (26/2/2016). Baru kali pertama ada Ogoh-ogoh menggunakan teknologi bluethooth untuk menyambut Hari Raya Nyepi. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Gus Gung tampak diam. Ia tertegun memandang ogoh-ogoh yang dipajang di Banjar Kaja Panjer, Jalan Waturenggong, Denpasar, Bali, Jumat (26/7/2016) sore.

Aneh, ogoh-ogoh bisa digerakkan dari jarak jauh. Dengan apa?

Tak lama berselang, seruan dan tepuk tangan membahana memenuhi area banjar.

Ogoh-ogoh itu menggerakkan badannya.

Tepuk tangan terus terdengar,

Tak hanya bocah kelas 5 SD itu yang terpukau melihat ogoh-ogoh di banjarnya itu bisa bergerak.

Bocah-bocah lainnya pun ikut terkesima. Masyarakat di banjar itu pun tak ketinggalan melihat ogoh-ogoh itu.

Ogoh-ogoh berjudul Sang Tiga Buchari hasil kreasi para pemuda dari STT Dharma Laksana ini terdiri dari empat sosok, yakni Dewa Siwa, Dyah Marakresna, Sang Bajradaksa dan Sang Bajrangkara.

Melalui smartphone yang digunakan sebagai kontrol, Made Dwi Krisna, menggerakkan ogoh-ogoh tersebut.

“Idenya untuk mengembangkan ogoh-ogoh dengan teknologi yang ada. Kalau ogoh-ogoh bergerak sebenarnya sudah ada dan biasa. Tapi kami bisa buat yang berbeda, khususnya bagaimana bisa menggerakkan ogoh-ogoh dari jarak jauh,” ujar mahasiswa Teknik Elektro Universitas Udayana ini kepada Tribun Bali, kemarin.

Dengan bantuan bluetooth dan aplikasi yang dipasang di smartphone, ada enam gerakan yang bisa diatur, yakni gerak badan dan kepala (bersamaan), standby, kontrol total untuk semua bergerak sekaligus, standby tangan, gerak badan dan gerak kepala.

“Pakai arduino mega sebagai alat dan penyedia aplikasi. Untuk komunikasinya dengan bluetooth. Smartphone android atau iOS sebagai transmitter yang dikoneksikan ke bluetooth yang kemudian diolah oleh arduino sebagai receiver,” tambahnya.

Pemuda STT Dharma Laksana mulai membuat ogoh-ogoh ini sejak 5 Januari 2016 atau menghabiskan waktu selama dua bulan.

“Baru rampung beberapa hari lalu dan dinilai oleh Dinas Kebudayaan Kota Denpasar, Kamis (25/2/2016),” tutur Krisna.

Perihal total biaya yang dihabiskan untuk membuat ogoh-ogoh itu, Ketua STT Dharma Laksana, I Putu Gede Susantana menyebutnya sekitar Rp 14 juta.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved