Desa Kediri Gelar Budaya Tek-tekan Sebagai "Nangluk Merana"
Walaupun musim hujan, warga tetap antusias melaksnakaan ritual okokan
Penulis: I Made Argawa | Editor: Aloisius H Manggol
TRIBUN-BALI-COM, TABANAN – Beberapa anak-anak di Banjar Sema, Desa/Kecamatan Kediri, Tabanan tampak memikul beberapa okokan di balai banjarnya, okokan tersebut dipersiapkan dalam rangka kegiatan budaya Tek-tekan menjelang hari Raya Nyepi tahun 2016.
Tek-tekan dilaksanakan oleh tujuh banjar di Desa Kediri yang terbagi dalam dua group dan setiap dua hari sekali sejak tanggal 23 Februari hingga tanggal 8 Maret 2016 (Malam pengerupukan) terus berkeliling desa.
"Dilaksanakan hingga menjelang Nyepi, mulai Pukul 20.00 wita hingga pukul 23.00 wita," kata seorang warga Desa Banjar Sema, Desa Kediri, Ngurah Manik (30), Minggu (28/2/2016).
Dia menyebutkan walaupun musim hujan, warga tetap antusias melaksnakaan ritual okokan.
"Tetap semangat meskipun hujan, cuman iramanya tidak menyatu dan harmonis, asal saja bunyinya," terangnya.
Pria berperawakan kurus itu memiliki sebuah okokan yang telah dibuatnya pada awal tahun 2016 dari kayu teep dan menghabiskan biaya Rp 1,7 juta.
Tapi karena beratnya hingga 15 kilogram, okokannya belum pernah dibawa dalam Tek-tekan.
"Ini saya mau tipiskan, karena terlalu berat, selain itu agar suaranya lebih nyaring," jelasnya.
Warga lainnya, I Wayan Sudana (34) yang menjadi pembuat dan tukang servis okokan di Banjar Sema mengatakan, jika menjelang Nyepi akan banyak warga di Desa Kediri yang memperbaiki okokan, tidak hanya itu bahkan juga ada yang membeli baru.
"Rata-rata setiap keluarga punya dua atau sepasang okokan," jelasnya.
Untuk kayu yang digunakan adalah jenis teep, camplung dan blalu.
Okokan yang digunakan pada umumnya berukuran panjang 90 centimeter dan lebar 30 centimeter.
"Saya buat dan service sudah delapan bulan, belajar sendiri, sebelumnya warga banyak yang pesan ke Kerambitan," jelansnya.
Bendesa Adat Kediri I Gusti Ngurah Panji Wisnu menerangkan, budaya tek-tekan telah berlangsung lama di Desa Kediri, warga Kediri telah sepakat untuk menjadikan tek-tekan sebagai agenda rutin yang digelar menjelang Nyepi.
"Sebelumnya Tek-tekan digelar jika ada "grubug" atau wabah, jika warga banyak sakit serta disertai cerita mistis maka tektekan akan dilakukan," jelasnya.
Tek-tekan dapat diartikan bunyi-bunyian, serta dilaksanakan untuk "nangluk merana" atau menetralkan aura negatif dalam masyarakat dengan suara gaduh.
Selain okokan, Tek-tekan di Desa Kediri juga menggunakan sarana lain seperti kendang, ceng-ceng, kempur serta kul-kul.(*)