Apa Itu Terapi Oksigen Hiperbarik? Begini Rasanya

Terapi oksigen dengan menggunakan alat bernama hiperbarik, Lalu, apa itu terapi hiperbarik?

Editor: Eviera Paramita Sandi
KOPAS/LASTI KURNIA
Sejumlah penyelam bersiap mengenakan masker yang menyalurkan 100% oksigen murni di chamber atau ruang udara bertekanan tinggi, Hyperbaric Centre, Rumah Sakit TNI AL, Dr. Mintohardjo, Jakarta, Rabu (31/6). Walau awalnya merupakan terapi bagi para penyelam yang mengalami keracunan nitrogen akibat dekompresi, namun secara klinis sejak tahun 1800 telah digunakan secara umum untuk terapi berbagai masalah kesehatan seperti stroke, vertigo, asma, dll. 

Terapi hiperbarik mengurangi risiko pengurangan tekanan udara atau "the bends" yang terjadi akibat gelembung gas nitrogen mulai terbentuk di paru-paru dan aliran darah ketika penyelam naik ke permukaan air.

Akibatnya, darah yang mengalir bisa terhalang dan merusak pembuluh darah.

Sebelum melakukan terapi, Achir diminta untuk melakukan dua kali pemeriksaan kesehatan.

Pasalnya, untuk bisa melakukan terapi hiperbarik, orang yang bersangkutan harus dalam kondisi sehat, tekanan darah harus normal, dan tidak ada kelainan gendang telinga.

Di dalam ruang terapi yang berbentuk kapal selam, peserta terapi diharuskan memakai masker oksigen.

Ketika mesin dinyalakan, akan terasa tekanan udara yang lebih tinggi dibanding tekanan udara di ruang biasa.

Bayangkan seperti saat Anda naik pesawat atau berada di dalam air, saat itu tekanan udara berangsur tinggi dan telinga terasa mampat.

Inilah yang disebut tahap dekompresi.

Pada tahap ini, tekanan dalam ruangan hiperbarik secara bertahap ditingkatkan.

Suhu ruangan akan naik bersamaan dengan kenaikan tekanan udara.

Setelah sesi selesai, tekanan dalam ruangan akan dikembalikan secara bertahap pula.

"Di dalam ruang terapi, kami boleh minum dan makan permen. Mungkin maksudnya untuk menetralisasi efek tekanan udara tinggi," kata Achir lagi.

Selain untuk memperbaiki jaringan sel tubuh dan mengurangi risiko bahaya pada penyelam, terapi hiperbarik juga bermanfaat untuk membantu penyembuhan luka yang membandel, seperti luka pada penderita diabetes.

Selain itu, terapi ini dilakukan untuk meningkatkan sistem pertahanan tubuh dalam mengatasi infeksi dan membantu pembentukan cabang-cabang pembuluh darah baru untuk mengatasi penyumbatan dan kerusakan pembuluh darah. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved