Inspirasi
Luar Biasa, Ida Bagus Mandhara Brasika Tembus Kuliah S3 di Oxford
Begini lika -liku suksesnya. Semoga menginspirasi...
Penulis: Luh De Dwi Jayanthi | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR -“Saat orang lain berpikir tidak mungkin, saya selalu berpikir mungkin,.” Itu prinsip yang selalu dipegang oleh Ida Bagus Mandhara Brasika (23). Nara, sapaan akrab putra Bali ini merupakan lulusan S1 ITB yang berhasil langsung kuliah S3 di Oxford University, Inggris.
Universitas Oxford adalah perguruan tinggi paling bergengsi di dunia dan salah satu yang terbaik di jagat raya, kampus ini dikenal paling selektif menerima mahasiswa.
Lalu bagaimana kisah pemuda asal Desa Beng, Gianyar ini bisa kuliah di universitas top dunia itu?
Jenjang yang Nara ambil ini D.Phil, istilah lain untuk Ph.D yang hanya digunakan oleh Oxford di Fakultas Atmospheric Oceanic and Planetary Physics dengan jurusan Climate Physics.
Sejatinya, sejak dua tahun lalu, Nara sudah mengincar Oxford karena setelah mencari banyak informasi universitas top dunia, dia memiliki rasa 'klik', "inilah kampusku".
Meski ia tak tahu jurusan apa yang akan dipilihnya nanti, Nara yakin akan kuliah di sana.
Nara, hanya memiliki dua negara tujuan untuk kuliah saat itu, yakni Australia dan Inggris.
"Saya sudah diterima universitas di Australia dan tiga universitas di Inggris untuk jenjang S2. Tapi saya rasa itu belum cukup, saya tertarik ambil program S1 langsung lanjut S3," kata Nara ditemui Jumat (11/3/2016) malam di Kantin Fakultas Kedokteran, Kampus Unud.
Bisa kuliah di Oxford itu tak semudah mengucapkan kata, "Bukan saya kuliah di Oxford, langsung dapat. Tapi saya harus menerima pil pahit ditolak Oxford karena pendekatan ke profesor yang salah," kenang Nara.
Awalnya Nara email profesor dengan hanya memperkenalkan diri itu siapa, ternyata yang profesor inginkan itu adalah mahasiswa yang bisa diajak tim research di sana.
Saat itu Nara meminta bantuan dosennya di Jepang menerjemahkan dengan bahasa yang lebih sederhana tentang rangkuman satu paragraf penelitian profesor yang Nara inginkan.
Setelah diterjemahkan, abstrak penelitian profesor itu mirip dengan skripsinya.
"Minimal saya sudah tahu kerjaan apa yang akan saya temui di sana," ungkapnya.
Penelitian Nara sesuai dengan skripsinya tentang membuat permodelan baru tentang iklim. Kecintaan Nara tentang ilmu sains dimulai sejak kecil.
Ia memang suka belajar, prestasinya menonjol saat kelas 5 Sekolah Dasar (SD).
Setelah SMP, ia mulai menyukai pelajaran yang banyak tak disukai orang, yaitu fisika.
Alasan Nara mendalami pelajaran fisika, karena ia berprinsip selalu melakukan hal yang berada di luar kebiasaan temannya.
“Saya selalu tertarik apa yang dipikir orang itu berat, maka saya berpikir sebaliknya. Ketika orang berpikir tak mungkin, aku berpikir itu mungkin,” ungkap alumni SMP Negeri 1 Gianyar.
Ia mengaku, cara belajar fisikanya diawali dengan belajar sendiri.
Setelah sekian lama, ia menjadi tahu formula belajar fisika yang menarik itu adalah mengajar teman sebaya.
“Semakin lama ada cara efektif belajar itu mengajar, kalau kita ngajarin teman, meski kita belum menguasai, maka diskusi dengan teman itu lebih lengket di kepala,” ulas Nara yang beralamat di Jalan Cendrawasih No.10, Beng Kelod Kauh Gianyar ini.
Bukan Sosok yang Terlalu Serius
Setelah ia masuk SMA Negeri 1 Gianyar pada tahun 2007, ketertarikannya pada ilmu fisika mengantarkannya sempai peringkat tujuh olimpiade fisika tingkat provinsi.
Meski memiliki sederet prestasi, Nara mengakui jika dirinya bukanlah sosok yang terlalu serius dan menjalani hidup dengan normal.
“Saya tipe orang yang gak terlalu serius belajar, suka main sama teman, keluar main bola, intinya suka interaksi bersama teman, memperluas jaringan. Semakin banyak punya teman, semakin banyak mengenal karakter orang,” ujar anak kedua dari pasangan Ida Bagus Sukarya dan I Gusti Ayu Astuti Aryani.
Nara, mengaku bisa sukses bukan karena ia pintar, tapi karena teman-teman di sekitarnya.
“Ketika saya punya target, saya cerita ke teman sehingga saya merasa punya hutang untuk mewujudkannya. Itulah yang memotivasi saya,” jelas peraih beasiswa LPDP ini. (*)