Amokrane Sabet Tewas Ditembak di Bali

Dorrr Dorrr Dorrr, Ini Fakta Lengkap Amokrane Ditembak Mati di Pinggir Got di Berawa

Seorang petugas villa kemudian memberitahukan kepada Amok mengenai kedatangan polisi dan petugas imigrasi.

Tribun Bali/Istimewa
Amokrane melawan hingga akhirnya tewas diterjang peluru tajam, Senin (2/5/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA – Dor..dor..dor...Suara tembakan personil Brimob Polda Bali terdengar bersahutan. Suasana sangat mencekam.

Peluru tajam dari senjata laras panjang memborbandir tubuh kekar Amokrane Sabet (49), warga Prancis yang sering berbuat onar.

(Astaga, Amokrane 20 Kali Ditembak dengan Peluru Karet Tapi Tidak Mempan, Malah Tusuk Polisi)

Amok pun akhirnya terkapar di pinggir jalan setelah peluru menghujam di sekujur tubuhnya.

(Mengharukan, Putri Brigadir Sudirta Posting Kenangan Terakhir Bersama Sang Ayah)

Anggota Brimob sejenak menghentikan tembakan.

(Bule Pembuat Onar di Bali Tercatat Jadi Bintang Utama Pembasmi Kejahatan di Film ‘K’)

"Sudah...sudah mati," teriak seorang polisi.

Namun rupanya Amok belum-belum benar menghempuskan napas terakhirnya.

Kaki dan tangannya masih bergerak dan berusaha bangkit.

Pasukan brimob tak memberinya ampun.

Tembakan pamungkas di kepala akhirnya memastikan Amok tewas.

Drama penembakan ini terjadi di Jalan Pantai Berawa, Desa Canggu, Kuta Utara, Kabupaten Badung, Senin (2/5/2016) sekitar pukul 10.39 Wita.

Amok yang diketahui merupakan seorang petarung Mixed Martial Art (MMA) alias petarung bebas, dilumpuhkan dengan 15 peluru tajam lantaran melawan ketika petugas kepolisian serta imigrasi hendak meminta keterangan darinya atas sejumlah pelanggaran hukum yang ia lakukan.

Tidak hanya itu, Amok bahkan sempat menyerang anggota polisi dan kemudian menikam seorang anggota buru sergap (buser) Polsek Kuta Utara Brigadir Anak Agung Putu Sudiarta hingga tewas.

Seperti diberitakan Tribun Bali, Selasa (26/4/2016) lalu, Amok dikeluhkan sejumlah warga Berawa karena sering berbuat onar dan meresahkan masyarakat.

Makan di sejumlah restoran tak mau membayar.

Pria berbadan besar berkepala botak dengan sejumlah tatto di tubuh ini bahkan tak segan-segan mengancam membunuh warga.

Polsek Kuta Utara sudah dua kali melayangkan surat panggilan dengan ancaman dideportasi, namun tak diindahkan.

Bahkan surat panggilan terakhir pada 7 April lalu dirobek dan tak dipenuhi.

Tim gabungan dari kepolisian dan imigrasi kemudian mendatangi Amok di sebuah villa tempat ia tinggal di wilayah Banjar Tegal Gundul, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Badung, kemarin.

Kedatangan polisi dan petugas imigrasi adalah untuk menjemput paksa Amok setelah beberapa kali mangkir dari panggilan polisi.

Tim ini terdiri dari Kapolsek Kuta Utara Kompol I Wayan Arta Ariawan, Kaur Bin Plin Kompol I Gede Mustika, Kabid Penindakan Imigrasi Bandara Ngurah Rai M Soleh, Brimob kompi II Batalion B Polda Bali dipimpin Aiptu I Made Cakra, Dalmas Polda Bali dipimpin Iptu Ishak Koko Hosio, serta seorang penerjemah asal Prancis bernama Phillip.

Dengan kekuatan personel sebanyak 24 orang dari Polsek Kuta Utara dan Brimob Polda Bali bersenjata laras panjang, petugas berupaya menjemput Amok di kediamannya guna dibawa ke kantor polisi untuk meminta keterangan darinya atas ulahnya selama ini.

Sesampainya di depan villa, seorang petugas villa kemudian memberitahukan kepada Amok mengenai kedatangan polisi dan petugas imigrasi.

Tantang Polisi Menembak

Amok tak terima dengan penjemputan paksa tersebut. Ia lalu keluar dari rumahnya sambil menggenggam sebilah pisau di tangan kanannya. Dengan tampang garang, ia mencaci maki petugas yang menantinya di halaman depan villa. Nama Presiden Joko Widodo pun tak luput dari sumpah serapahnya.

Bahkan kemudian ia dengan sombongnya menantang polisi untuk menembaknya. "Shoot me, shoot me (Ayo tembak saya)!". "Let's witness if i'm gone (Lihat saja apakah saya akan mati)," tantangnya sembari merentangkan kedua tangan dan membusungkan dadanya yang besar.

“Informasi yang berhasil kita kumpulkan, dia tinggal di Indonesia kurang lebih selama dua tahun dan izin tinggalnya sudah habis sekitar tanggal 27 September 2015 lalu. Selama ini warga negara Prancis ini sering meresahkan masyarakat. Dari laporan katanya dia sering makan di restoran tapi tidak bayar, mengancam-ngancam penduduk sekitar. Lalu kejadiannya tadi kepolisian bersama dengan kantor imigrasi didampingi Konsulat Jenderal (Konjen) dari Prancis sebenarnya ingin menemui dia dan menanyakan secara baik-baik. Tetapi dia keluar sudah membawa pisau dan menantang petugas,” ujar Kapolda Bali, Irjen Pol Sugeng Priyanto, ketika ditemui di tempat kejadian perkara (TKP), Senin (2/5).

Melihat gelagat yang tidak baik tersebut, suasana pun menjadi tegang. Negosiasi pun alot dilakukan. Komunikasi dilakukan dengan bantuan seorang penerjemah berkewarganegaraan Perancis bernama Phillip. Ketika petugas kepolisian mencoba memperingatkan Amok, ia bergeming.

Anggota Polsek Kuta Utara lalu mengeluarkan tembakan peringatan ke udara tiga kali. Apa yang terjadi? Amok malah menjadi beringas dengan menyerang anggota yang ada disekitar TKP secara membabi buta.

Sontak, sejumlah petugas yang ada di depannya lari tunggang-langgeng menyelamatkan diri. Tembakan peringatan dilontarkan, namun tidak berhasil.

Nahas, selagi aksi kejar-kejaran berlangsung. Seorang anggota buser Polsek Kuta Utara, Brigadir Anak Agung Putu Sudiarta, tersandung bebatuan dan jatuh tersungkur.

Anggota Brimob sempat melepaskan tembakan ke tubuh Amok. Pertama-tama dengan peluru hampa dan kemudian tembakan dengan peluru karet. Bahkan sekitar 20 kali tembakan peluru karet menghujami tubuhnya, tapi tak mempan.

Amok yang sudah kalap berupaya menyerang Brigadir Sudiarta. Aksi kejar-kejaran ini terjadi hingga ke jalan raya di luar villa. Pergumulan antara keduanya sempat terjadi. Brigadir Sudiarta yang terkena sabetan pisau, kemudian terdesak hingga jatuh ke dalam got dengan kedalaman sekitar 70 sentimeter.

Segalanya berlangsung sangat cepat. Brigadir Sudiarta yang sudah tidak berdaya kemudian ditindih oleh badan besar Amok di dalam got. Amok pun kemudian menikam Brigadir Sudiarta yang kala itu dalam posisi terlentang tak berdaya.

 “Sempat diberi tembakan peringatan tetapi diabaikan. Malah dia berhasil menangkap satu orang anggota kita dan terjadi pergumulan. Anggota kita kemudian ditusuk. Ada delapan tusukan, salah satunya mengenai leher dan jantung. Akhirnya anggota kita gugur. Karena sudah tidak bisa dikendalikan lagi akhirnya ditembak oleh aparat,” jelas Sugeng.

 Seorang warga sekitar yang kebetulan ada di TKP, turut membantu Brigadir Sudiarta. Kondisi anggota Buser Polsek Kuta Utara itu tampak kritis.

“Saya lihat korban ditusuk lehernya, waktu itu saya ikut membantu mengangkat badan korban dari got,” ujar warga yang tidak ingin namanya dikorankan ini. Wajahnya masih tampak syok melihat kejadian tersebut.

Brigadir Sudiarta kemudian meninggal lantaran luka yang dideritanya sangat parah. Ia kemudian dilarikan ke Rumah Sakit Bali Med. “Ini hari berkabung saya karena anggota saya gugur dalam tugas," lirih Sugeng.

Ditembak di Kepala

Saat melihat rekannya ditikam hingga tewas, anggota Brimob terpaksa menembak Amok dengan peluru tajam. Tapi Amok yang sudah ditembak berkali-kali menggunakan senapan laras panjang ini masih bisa berdiri dan bangun dari dalam got.

Sebelum naik, petugas mendekati Amok dan menancapkan alat stun gun (alat kejut listrik) ke leher Amox. Tetapi stun gun kepolisian tak juga mempan dan diambil Amok kemudian dibuangnya.

Usai kena kejut listrik, Amok kembali berdiri dan belasan peluru pun kembali dilontarkan. Terdengar sekitar 15 kali tembakan hingga akhirnya Amok tersungkur di bahu jalan dekat got. Darah segar mengucur deras dari badannya.

Mendapati Amok masih berupaya bangkit untuk melawan, anggota Brimob kemudian melumpuhkannya dengan menembak di bagian kepala yang tepat menembus jidatnya. "Amok tewas di tempat setelah kena tembak di bagian badan dan kepalanya," tandas Sugeng.

Seperti pada video aksi penyergapan Amok yang beredar di Youtube, terlihat banyak motor dan mobil berada di sekitar TKP. Polisi memang tak sempat melakukan steril karena tak menduga Amok akan berbuat bringas seperti itu.

Tak pelak, drama penembakan itu pun disaksikan langsung ratusan warga. Tanpa ada rasa takut dan was-was dengan adanya peluru nyasar, warga melihat bahkan mengabadikan momen penembakan di sekitar TKP.

Sugeng menjelaskan, sebelum penangkapan pihaknya sudah berkoordinasi dengan pihak Konsulat Jendral Prancis. Pihaknya, ingin menemui baik-baik pelaku. Namun pelaku memberi perlawanan.

Jenazah Amok yang dibungkus kantong jenazah berwarna oranye kemudian dibawa ke RSUP Sanglah Denpasar. Jenazah Amok masih mengenakan sepasang sepatu dan pada pergelangan kakinya masih terikat dengan rantai besi. Kedua tangannya pun menurut informasi yang beredar masih diborgol meskipun sudah dalam keadaan tak bernyawa.

Tim Forensik sudah melakukan pemeriksaan luar atau visum, kemarin. Namun untuk hasilnya Kepala Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, dr Dudut Rustyadi tidak bisa mempublikasikan ke awak media karena berhubungan dengan penyidikan internal Polda Bali dan Polres Badung.

“Kami sudah melakukan pemeriksaan luar pukul 17.30 Wita, namun kami tidak bisa mempublikasikan hasilnya. Ini permintaan Polda Bali dan Polres Badung,” imbuhnya di Instalasi Kedokteran Forensik RSUP Sanglah, Denpasar, kemarin.

Tapi dia mengaku menemukan luka tembak dan luka senjata tajam pada tubuh jenazah. "Ya ada luka tembak," tandasnya.

Autopsi akan tetap dilakukan oleh pihaknya di RSUP Sanglah dan akan bekerjasama dengan pihak kepolisian Polda Bali dan Polres Badung. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved