Kepala SMAN 1 Denpasar Menyangkal Ada Empat Siswa Diterima Setelah Protes
Made Kerta mengaku sudah mengetahui adanya pengaduan dari orangtua siswa ke ORI yang kemudian dicabut.
Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kepala Sekolah (Kepsek) SMAN 1 Denpasar, Nyoman Purnajaya mengakui bahwa ada wali murid yang sempat protes karena anaknya tidak diterima melalui jalur prestasi.
(ORI Curigai Kelebihan Murid SMAN 1 Denpasar)
Namun, Purnajaya menyangkal ada empat anak yang akhirnya diterima lewat jalur prestasi setelah sebelumnya wali mereka protes.
Menurut Purnajaya, yang diterima bukan empat anak, tetapi hanya satu.
Dengan demikian, di SMAN 1 Denpasar, untuk Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) lewat jalur prestasi, hanya bertambah 1 siswa dari kuota 80 siswa.
"Orangtua dari empat anak yang sempat mengadu ke ORI itu telah mencabut laporannya. Tapi, yang terbukti memenuhi syarat diterima lewat jalur prestasi hanya satu anak, bukan empat. Satu anak itu adalah atlet nasional bahkan sudah berprestasi di tingkat internasional,” terang Purnajaya.
Namun, data yang diperoleh Tribun Bali tentang siswa baru SMAN 1 Denpasar pada PPDB 2016 menunjukkan, tiga anak lainnya juga diterima.
Ketua ORI Bali, Umar Ibnu Alkhatab menduga ada tanda-tanda kebohongan atau sesuatu yang ditutupi oleh pihak sekolah.
"Kalau disebut yang diterima cuma satu orang, padahal kenyataannya empat orang, itu menandakan adanya dugaan kebohongan. Dinas Pendidikan semestinya turun tangan untuk meneliti,” kata Umar.
Sementara itu, Made Kerta, Kepala Bidang Bina Program Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) Kota Denpasar menyampaikan, jika benar ada siswa diterima tanpa melalui prosedur yang semestinya, Disdikpora akan memanggil pihak sekolah.
Made Kerta mengaku sudah mengetahui adanya pengaduan dari orangtua siswa ke ORI yang kemudian dicabut.
Namun, ia belum mendapat informasi dari pihak sekolah terkait adanya penambahan kuota.
"Saya belum dapat informasi secara lisan atau tertulis dari SMAN 1 Denpasar tentang penambahan kuota. Kalau benar ada penambahan kuota, maka kami akan panggil pihak sekolah dan mempertanyakan kenapa bisa ambil kebijakan tersebut," ujar Merta.
Dari data yang dihimpun Tribun Bali, ada total 401 siswa yang tergabung dalam kelas X SMAN 1 Denpasar.
Tribun Bali belum mendapat informasi tentang berapa jumlah siswa yang diterima namun tidak daftar ulang.
Menurut Merta, jika ada siswa yang diterima tapi tidak mendaftar ulang, maka seharusnya kursi kosong tersebut tidak boleh diisi.
Itu sebagaimana aturan yang berlaku.
"Kalau ada yang tidak daftar ulang, menurut aturan, kursi yang ditinggalkan itu tidak boleh diisi dulu," jelas Merta.
Merta menambahkan, ada sejumlah sekolah yang belum melaporkan data siswa yang daftar ulang/tidak ke Disdikpora Denpasar.
Padahal, sesuai aturan, laporan data siswa yang telah daftar ulang atau diterima di SMA-SMA negeri di Denpasar seharusnya sudah masuk ke Disdikpora seminggu setelah proses daftar ulang berakhir.
"Sekarang seharusnya laporan tentang data siswa yang diterima dan yang tidak daftar ulang sudah masuk ke kami. Tapi, kami baru mendapat informasi dari beberapa sekolah antara lain SMAN 2, SMAN 7, dan SMAN 6. SMAN-SMAN yang lain belum memberikan laporannya,” terang Merta.(*)