Bali Mandara Mahalango
11 Gending di Pertunjukan Glow Bali Session
Dalam tajuk Glow Bali Session, ada 11 garapan yang terinspirasi dari syair-syair mantra dan gending rare yang menjadi suguhan.
Penulis: Cisilia Agustina. S | Editor: Kander Turnip
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sebuah pertunjukan musik kolaboratif antara Penggak Men Mersi feat Palawara Music Company dan Gita Semara ditampilkan di Gedung Ksinarnawa, Art Centre, Denpasar, Bali, Jumat (29/7/2016) malam.
Dalam tajuk Glow Bali Session, ada 11 garapan yang terinspirasi dari syair-syair mantra dan gending rare yang menjadi suguhan dalam rangkaian Bali Mandara Mahalango tersebut.
Antara lain, Sanghyang Sekar, Galang Kangin, Meong-meong, Putri Cening Ayu, Gelung Agung, Pangelong, Pul Sinoge, Cadu Sakti, Om Nama Siwaya, Om Santih3 dan Prapana yang merupakan hasil garapan dua komposer muda, I Wayan Ary Wijaya (Palawara Music Company) dan I Wayan Sudiarsa (Gita Semara Band).
Kadek Wahyudita, Kelian Penggak Men Mersi menyampaikan, Glow Bali Session dimaknai sebagai sebuah paradigma bahwa Bali dengan kekuatan budayanya mampu memancarkan sinarnya dalam era globalisasi ini.
“Dalam pergelaran ini disuguhkan karya-karya komposisi musik buah karya dua komponis muda Bali yaitu I Wayan Ari Wijaya dan I Wayan Sudiarsa. Semua ide untuk mewujudkan musik ini terinspirasi dari syair-syair mantra dan lagu tradisional anak-anak Bali menjadi sebuah karya musik kolaborasi,” katanya.
Ia menambahkan, generasi muda membutuhkan pengetahuan utama (jnana) untuk memahami pranayuga (spirit zaman). Pengetahuan itu dibutuhkan sebagai cahaya (prabha) untuk menapak masa depan emas maha surgawi.
Dalam ajaran agama Hindu juga telah disebutkan “Taki-takining sewaka guna widya”, di mana masa muda adalah masa belajar, dan dengan belajar seseorang akan memperoleh pengetahuan.
“Tong ngelah karang sawah, karang awake tandurin”, memberikan sebuah makna di mana yang terpenting dalam mengisi kehidupan adalah pengelolaan potensi diri (karang awak) secara maksimal sebagai cara untuk menghadapi persaingan dalam era kesejagatan ini.
Artinya, sudah saatnya Prabha Jnana dijadikan sebagai paradigma berpikir kreatif untuk mewujudkan mahakarya (adikarya prabhawa) agar dapat bermanfaat untuk membangun potensi desa (guna dusun), mewujudkan budisatwam (consciousness) dan kebahagiaan (happiness). (*)