Bali Mandara Mahalango
Cakepung Lontar Monyeh, Kisah Cinta Putri Raja yang Diasingkan
Dengan bantuan kakak sulung, Raden Kitab Muncar, ia pun berhasil menyamar sebagai monyet dan hidup bersama Diah Winangsia.
Penulis: Sarah Vanessa Bona | Editor: Kander Turnip
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sanggar Seni Citta Wistara Dusun Triwangsa Desa Budakeling Bebandem Karangasem menunjukkan kepiawaian mereka dengan apik dalam Pementasan Cakepung pada event Bali Mandara Mahalango III di Kalangan Ksirarnawa Taman Budaya, Denpasar, Bali, Rabu (3/8/2016) malam.
Sanggar Seni Citta Wistara membawakan Lontar Monyeh yang menceritakan tentang tiga orang raja bersaudara yang masing-masing menjadi raja di Indrapandita, Layangsari, dan Indrasekar.
Raja Indrapandita memiliki 9 putri, dimana putri bungsu yang tercantik yaitu Diah Winangsia.
Putri ini terpaksa diasingkan di taman bersama inang pengasuhnya,Inang Rangda, karena difitnah oleh kakaknya yang membuat raja marah.
Diah Winangsia gemar melukis potret dirinya dan suatu hari lukisannya terbang tertiup angin menuju kerajaan Indrasekar.
Lukisan tersebut kemudian ditemukan putra bungsu Raja, Raden Witarasari, yang kemudian mencari pemilik lukisan tersebut dan kagum akan kecantikan Diah Winangsia.
Dengan bantuan kakak sulung, Raden Kitab Muncar, ia pun berhasil menyamar sebagai monyet dan hidup bersama Diah Winangsia.
Setelah sekian lama, kedok penyamaran Raden Witarasari terbongkar oleh Diah Winangsia. Raden Witarasari pun menjelaskan bahwa dirinya mencintai Diah Winangsia dan keduanya hidup berbahagia.
Koordinator Sekaa Kacepung Sanggar Cita Wastara,Ida Wayan Oka, mengatakan, kesenian cakepung Desa Budakeling Karangasem yang tak lepas dari sejarah kemenangan Raja Karangasem melawan kerajaan di Lombok sudah sering dipentaskan dalam berbagai pertunjukan, salah satunya pada Bali Mandara Mahalango III.
Pria yang berperan sebagai pengisi suara (vokal) dalam pentas menjelaskan persiapan yang dilakukan anggota sanggar pun tidak memakan waktu lama.
Mereka hanya berlatih sebanyak tiga kali karena sudah terbiasa membawakan pementasan cakepung. (*)