Puluhan Siswa di SMAN 1 Pupuan Kerauhan, Ini Petunjuk Penglingsir

Puluhan siswa sudah mengalami kerauhan Jumat kemarin, ada 40 orang siswa disusul di hari Sabtu 25 orang

Penulis: I Made Argawa | Editor: Eviera Paramita Sandi
Istimewa
Suasana di SMAN 1 Pupuan saat terjadi kerauhan masal dan siswa dipulangkan lebih awal. Kerauhan tersebut telah terjadi sejak Jumat (28/10/2016). 

TRIBUN-BALI.COM, TABANAN – Sejak hari jumat (28/10/2016) hingga Senin (31/10/2016) terjadi peristiwa kerauhan di SMAN 1 Pupuan, Tabanan, Bali.

Bahkan pada senin siang, siswa harus mengakhiri jam pelajaran lebih awal karena beberapa siswa kerauhan dan suasana belajar tidak kondusif.

Menurut informasi dari seoraang warga di Pupuan, Ketut Adnyana, kerauhan massal di SMAN 1 Pupuan telah terjadi sejak hari Jumat.

“Kebetulan keponakan saya sekolah di sana, ia mengatakan setidaknya puluhan siswa sudah mengalami kerauhan Jumat kemarin, ada 40 orang siswa disusul di hari Sabtu 25 orang, dan hari ini lagi terjadi hal serupa dengan beberapa siswa kerauhan, dan siswa dipulangkan lebih awal,” kata Adnyana.

Dari informasi yang dihimpun, tidak hanya siswa di SMAN 1 Pupuan yang kerauhan, siswa SMPN 6 Pupuan yang berlokasi di Pujungan juga mengalami hal serupa di sekolahnya usai berolahraga di lapangan di SMAN 1 Pupuan.

Sementara itu Kepala SMAN 1 Pupuan, I Wayan Suarma, saat dikonfirmasi membenarkan adanya kerauhan massal tersebut.

Pihaknya langsung melakukan koordinasi dengan komite sekolah, sejumlah penglingsir desa Pujungan, majelis alit dan desa adat untuk mengatasi kejadian tersebut.

“Kami langsung nunas petunjuk sareng sri empu dan penglingsir apa yang mesti dilakukan agar bisa terjadi keseimbangan di sekolah kami. Kalau tidak segera diatasi dikhawatirkan akan mengganggu proses belajar mengajar, kasihan anak-anak,”katanya.

Dari hasil rembug dan koordinasi tersebut, rencananya dalam waktu dekat akan digelar upacara guru piduka dan upacara Yadnya lainnya sesuai dengan petunjuk penglingsir.

Rencananya di dekat lokasi sekolah akan dibangun pelinggih.

“Namanya anak-anak, kemungkinan saat bermain atau kegiatan lain di sekolah pernah berbuat salah, dan beliau yang dialam sana sedikit terusik, jadi akan kami buatkan upacara ritual,”ujarnya.

Karena tidak mau mengambil resiko dengan kondisi siswa, Wayan Suarma mengakui memang memerintahkan agar siswa dipulangkan lebih awal untuk istirahat dirumah masing-masing.

“Kami tidak berani ambil resiko, apalagi kalau diberi pembelajaran tentunya akan tidak efektif juga,”jelasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved