Tusuk Mata Pakai Keris, Pamedek Kerauhan Mendak Hujan di Pantai Labuan Sait
Setelah persembahyangan, umat melakukan ritual Nedunan Ida Bethara untuk nunas baos (meminta petunjuk lewat niskala).
Penulis: I Nyoman Mahayasa | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Beberapa pemedek kerauhan saat digelarnya upacara pemelastian dan mendak hujan di Pantai Labuan Sait, Desa Pecatu, Badung, Bali, Selasa (29/11/2016).
Pantai Labuan Sait yang merupakan tempat wisata dengan pasir putih dipenuhi umat yang melakukan persembahyangan.
Setelah persembahyangan, umat melakukan ritual Nedunan Ida Bethara untuk nunas baos (meminta petunjuk lewat niskala).
Sejumlah pemedek pun tiba-tiba kerauhan, dan salah satu pemangku berkomunikasi meminta petunjuk kepada tapakan yang disungsung.
Usai nunas baos, ada pemedek yang berteriak histeris lalu memegang keris diiringi gambelan bale ganjur.
Seiring kerasnya alunan bale ganjur, umat yang dalam kondisi kerauhan semakin berteriak dan puluhan pemedek menancapkan keris ke bagian tubuhnya.
Bahkan, keris ditancapkan hingga ke bagian mata, namun tak ada yang terluka.
Bendesa Adat Pecatu, Made Sumerta mengatakan, upacara tersebut bertujuan untuk memohon hujan agar masyarakat bisa segera bercocok tanam.
Upacara tersebut rutin digelar setiap tahunnya bertepatan dengan tilem sasih kelima.
Meskipun saat ini musim hujan, tradisi tersebut tetap digelar.
Adapun saat pelaksanaan ritual kemarin, tak ada hujan turun di Pantai Labuan Sait.
Sementara itu, wisatawan asing pun tampak antusias menyaksikan ritual mendak hujan dari kejauhan.
Mereka pun tak ketinggalan mengabadikannya dengan kamera. (*)