Kremasi di Bali
RSUP Prof Ngoerah dan Dinsos Bali Kremasi 25 Jenazah Terlantar, 5 Merupakan WNA
Jenazah terlantar ini memiliki beberapa case seperti masuk ke RSUP Prof Ngoerah terlantar, dan terdapat proses-proses penyelidikan
Penulis: Ni Luh Putu Wahyuni Sari | Editor: Putu Dewi Adi Damayanthi
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR — RSUP Prof Ngoerah bersama dengan Dinas Sosial Provinsi Bali lakukan kremasi jenazah terlantar berjumlah 25 jenazah pada Selasa 2 September 2025 di Krematorium Kerobokan, Badung, Bali.
Direktur Utama RSUP Prof Ngoerah, dr I Wayan Sudana mengatakan, acara dimulai dari pelepasan jenazah terlantar lalu dilakukan upacara kremasi jenazah.
Dalam kegiatan ini RSUP Prof Ngoerah bekerja sama dengan Dinas Sosial dan P3A Provinsi Bali.
“Harapannya tentunya semuanya bisa prosesnya berjalan dengan lancar dan tentunya juga almarhum-almarhum mendapat tempat yang terbaik,” jelas, Sudana.
Baca juga: JENAZAH Sumahwi Ditemukan di Trotoar, Sempat Keluhkan Tak Enak Badan Sebelum Tiba di Pelabuhan
Dari jumlah tersebut, lima jenazah merupakan Warga Negara Asing (WNA) yang terdiri dari 2 orang berasal dari negara Rusia, 2 orang berasal dari negara Ukraina dan 1 dari negara Australia.
Dipastikan upacara kremasi pada jenazah terlantar ini sudah melalui proses, persetujuan dari pihak keluarga. Kemudian dari segi beberapa kasus, tentunya itu sudah clear semua dari pihak Kepolisian.
Jenazah terlantar ini memiliki beberapa case seperti masuk ke RSUP Prof Ngoerah terlantar, dan terdapat proses-proses penyelidikan oleh aparat Kepolisian.
Kemudian ada juga yang bisa ditemukan kontak keluarganya dan dari pihak keluarga menyerahkan proses selanjutnya kepada Rumah Sakit.
Untuk WNA hanya dihadiri oleh Konsulatnya saja dan pihak keluarga tidak datang.
Jenazah paling lama yakni jenazah sejak tahun 2021 atau pada saat Pandemi Covid-19.
Dari jenazah-jenazah ini, ada juga jenazah yang sebelumnya dirawat di rumah sakit yang pastinya terdapat biaya-biaya perawatan baik itu obat-obatan, bahan habis pakai, kamar dan lain sebagainya.
Kemudian ada juga yang tentunya langsung ke forensik karena kasus.
“Nah tentunya itu juga ada biaya penitipan selama dititipkan di RSUP Prof Ngoerah. Bayangkan dari tahun 2021 berapa hari itu kan. Jadi total dari semua itu untuk rumah sakit sekitar Rp3,5 miliar lebih. Nah itu kita bebaskan. Jadi bentuk CSR rumah sakit, sosial rumah sakit,” pungkasnya.
Kumpulan Artikel Bali
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.