Heboh Harta Karun Kerajaan Sriwijaya Muncul Ke Permukaan,Warga Temukan Emas hingga Perhiasan

Pecahan emas dan manik manik beragam bentuk yang tidak diketahui asalnya diyakini tersimpan diantara pasir seluas satu hektar itu.

Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUNSUMSEL.COM
Rimbayana merupakan satu dari belasan orang yang masih setia mengadu peruntungan dengan melimbang pasir di areal sebuah perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI). Pecahan emas dan manik manik beragam bentuk yang tidak diketahui asalnya diyakini tersimpan diantara pasir seluas satu hektar itu. 

TRIBUN-BALI.COM- Separuh tubuh Rimbayana (36) terendam air di sungai.

Matanya terus memandang seonggok pasir yang berada di dalam bak berwarna hitam.

Menggunakan kedua tangannya ibu tiga orang anak itu mengaduk pasir hitam itu usai diberi air.

Kegiatan itu terus menerus diulangi puluhan kali hingga pasir menjadi berwarna putih.

Rimbayana merupakan satu dari belasan orang yang masih setia mengadu peruntungan dengan melimbang pasir di areal sebuah perusahaan Hutan Tanaman Industri (HTI).

Baca: Harta Karun Ini Konon Masih Terkubur di Indonesia, Masyarakat Geger

Pecahan emas dan manik manik beragam bentuk yang tidak diketahui asalnya diyakini tersimpan diantara pasir seluas satu hektar itu.

“Kadang bisa dapat banyak, tapi lebih sering tidak dapat apa apa, tergantung nasib. Pecahan emas tidak larut dengan air meski pun kecil masih terlihat oleh mata,” ungkapnya dibincangi Tribun.

Ia menuturkan pecahan emas ataupun manik manik tersebut diyakini berasal dari aktivitas masyarakat zaman dahulu kala, dengan ditandai terdapat kayu yang dipercaya merupakan tiang rumah.

Sekalipun kini lokasi tersebut telah menjadi semak belukar dan tidak dimanfaatkan sama sekali.

Aktivitas melimbang pasir itu kini menjadi kegiatan keseharian warga Desa Ulak Kedondong Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI sejak satu tahun lalu.

Tepatnya usai bencana kebakaran hutan yang melanda kawasan tersebut dan mengikis lahan gambut.

“Dak tahu siapa yang mulai, langsung ramai hingga ratusan orang mencari emas disini, kalau musim kemarau dulu langsung disaring tidak dilimbang seperti saat ini,” jelasnya

Wanita berhijab ini melanjutkan telah mendapatkan belasan gram pecahan emas di areal tersebut selain manik manik beragam warna. Adapun pecahan emas memiliki beraneka bentuk namun mayoritas berbentuk serbuk emas sebesar pasir.

Adapun serbuk emas dijualnya seharga Rp 350 ribu per gram kepada pengumpul setelah sebelumnya ditimbang.

Dan hasilnya dipergunakan untuk menambah pemasukan keluarga selain getah pohon karet yang ada di kebunnya.

“Dak pernah seharian, cuma iseng saja kalau dapat lumayan untuk tambahan, nyadap karet pagi hingga siang, lalu siang ke sore ngelimbang disini,” jelasnya.

50 Gram Emas

Siang pada awal pekan tadi, tim eksklusif Tribun Sumsel menjumpai Deri sedang berbincang bersama warga lainnya di depan toko manisan.

Dia baru tiba malam itu di desa setelah empat hari mencari emas di lokasi bekas kebakaran.

“Lihat tanggai (kuku) aku hancur demi mencari emas. Awalnya tidak berminat ke sana, tetapi setelah lihat orang-orang dapat emas makanya ikut juga mencari,” katanya sambil menunjukkan kukunya yang hitam.

Penampilannya nyentrik. Kacamata dikaitkan di atas kepala, memakai kalung menyerupai taring, berkemeja dan celana jins sobek.

Deri, seorang pria setengah baya, dengan bangga menunjukkan perhiasan emas dan benda berharga hasil pencarian di lokasi bekas kebakaran lahan gambut di Kecamatan Cengal, Kabupaten OKI.

Warga Kecamatan Cengal tidak ada yang menyangka daerah mereka berlimpah harta peninggalan masa lampau.

Warga yang sudah tiga generasi tinggal di daerah itu tidak pernah mendengar apabila daerah itu pernah ada perkampungan.

Pada siang yang terik itu, Deri juga menunjukkan koleksi emas perhiasan hasil buruannya.

Benda beharga itu dipisahkan ke beberapa bungkus plastik.

Ada cincin anak-anak, cincin orang dewasa, patahan perhiasan, dan serpihan emas.

Penasaran berapa banyak emas yang sudah diperolehnya, Deri meminta temannya membawa timbangan digital.

Setelah semuanya ditimbang.

Ia terdiam sejenak saat mengetahui berat semua emasnya lebih dari 50 gram.

Bukan hanya emas, Deri juga pernah memiliki dua patung Budha berbahan giok dan perak.

Ukurannya hanya tiga centimeter.

Dua benda yang ditemukan di Kanal 12 itu dijual Rp 10 juta ke warga Thailand di Palembang.

“Waktu bejual karet di Palembang ketemu warga Thailand. Sudah laku Rp 10 juta,” ujarnya sambil tersenyum.

Warga beberapa desa di Kecamatan Cengal mulai heboh mencari benda beharga setelah kebakaran hebat melanda kawasan gambut di daerah itu pada 2014 dan 2015.

Benda-benda beharga mulai muncul ke permukaan setelah gambut setebal satu meter habis dilalap api.

Beberapa tempat yang banyak didatangi diantaranya dusun Talang Petai, Sungai Serdang, Kanal 12, Dusun Pasir, Sungai Jeruju, Sungai Lumpur, Sungai Bagan, Kanal Pisang, Kanal Tulang, dan Talang Sebaris.

Hanya bermodalkan sekop, cangkul, dan baskom, warga bisa mendapatkan berbagai perhiasan emas.

Deri, warga Desa Kebon Cabe, merupakan satu dari ratusan orang yang beberapa bulan ini menghabiskan waktu mencari benda berharga peninggalan kehidupan ribuan tahun lalu.

Selain cincin dan gelang emas beragam ukuran, ia juga mendapatkan patahan dan serpihan emas serta giok.

“Kalung ini berbahan giok. Sudah pernah ditawar orang Rp 60 juta, tapi aku tidak mau menjualnya. Sayang jualnya, ini bagus. Ada logam kuning di dalam giok ini,” kata Deri menunjukkan mainan kalung menyerupai taring itu.

Benda berujung runcing itu warnanya hitam berukuran sepanjang telunjuk orang dewasa. Apabila kena sinar matahari atau lampu, warnanya berubah jadi kebiruaan.

Kata Deri, giok itu awalnya berupa patahan gelang. Ia kemudian berinisiatif mengubah bentuknya jadi maianan kalung. Untuk tali kalung menggunakan manik-manik yang ditemukan juga di daerah pencarian.(*)

Sumber: Bangka Pos
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved