Dharma Wacana

Dharma Wacana: Inilah Alasan Kenapa Harus Libur Saat Pagerwesi

Pada saat Hari Raya Pagerwesi semua intansi selalu meliburkan diri. Baik pemerintahan maupun sekolah-sekolah.

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Yudistirani
Tribun Bali/I Wayan Erwin Widyaswara
Hari Raya Pagerwesi di Pura Agung Jagatnata Denpasar, Rabu (6/5/2015) 

Dharma Wacana oleh: Ida Pandita Mpu Jaya Acharya Nanda

TRIBUN-BALI.COM – Pada saat Hari Raya Pagerwesi semua intansi selalu meliburkan diri.

Baik pemerintahan maupun sekolah-sekolah.

Bahkan tidak sedikit umat Hindu, yang tidak mengetahui alasannya.

Bahkan saat ditanya pun, jawabannya cenderung tidak nyambung.

Seperti, ‘nak mule keto’ dan ada pula yang menjawab karena saat hari Pagerwesi dilarang untuk menduduki bangku yang terbuat dari besi dan kayu.

Karena itu instansi diliburkan.

Namun sesungguhnya, ada makna dan tujuan yang amat dalam pada saat hari Pagerwesi ini.

Mulai dari jatuhnya hari, di mana Pagerwesi ini selalu jatuh setelah Hari Raya Saraswati dan Banyu Pinaruh.

Hari Raya Saraswati merupakan hari saat ilmu pengetahuan tersebut diciptakan dan Banyu Pinaruh merupakan hari adalah saat pengetahuan tersebut diterima oleh manusia.

Sementara, Pagerwesi merupakan hari ketika Ida Sang Hyang Widhi bermanifestasi menjadi guru.

Karena itu, di dalam teks Sunarigama, Hari Raya Pagerwesi disebut dengan Prayoga Ida Bhatara Pramesti Guru atau dapat juga dikatakan sebagai Hari Guru atau di India disebut Guru Purnima atau pemujaan terhadap guru.

Guru dalam hal bukan hanya guru yang mengajar di sekolah (guru pengajian), tetapi juga melingkupi guru rupaka (orangtua), guru wisesa (pemerintah) dan guru swadyaya (Tuhan).

Karena itu, mengapa saat Hari Pagerwesi setiap instansi di Bali meliburkan diri?

Itu karena gubernur dan DPRD kita pada zaman dulu memahami betul makna ini.

Halaman
12
Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved