TNBB Disebut Melarang Pembangunan Senderan di Tebing Patung Ganesha Menjangan Meski Rawan Runtuh
Setiap hari lingkungan Pura Agung Pingit Klenting Sari selalu dipadati umat Hindu dari berbagai daerah di Bali untuk sembahyang.
Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Eviera Paramita Sandi
Ini karena kondisinya sudah mengkhawatirkan dan akan membahayakan umat Hindu yang sembahyang maupun wisatawan.
"Maunya saya tetap (bangun senderan) karena di bawah Ganesha sudah terbentuk goa," katanya.
Setiap hari lingkungan Pura Agung Pingit Klenting Sari selalu dipadati umat Hindu dari berbagai daerah di Bali untuk sembahyang.
Umat juga bersembahyang di depan Patung Ganesha, yang tepat di pinggir tebing.
"Karena banyak umat yang datang kumpul-kumpul sembahyang di depan Ganesha, juga foto-foto. Itu yang saya khawatirkan supaya jangan sampai nanti jadi bahaya," ungkapnya.
Ia khawatir apabila terus dibiarkan saja, maka abrasi akan semakin parah, dan tebing secara perlahan terus terkikis lalu Patung Ganesha juga akan roboh karena dampak abrasi.
Saat ini saja hanya tersisa kurang dari dua meter tanah di depan Patung Ganesha yang kini dijadikan jalan setapak.
"Di depan Ganesha itu memang sudah sempit untuk sembahyang. Tebingnya perlahan runtuh satu-satu. Khawatirnya merembet sampai Ganesha-nya ikut runtuh," katanya.
Menurut dia, Balai TNBB sempat memintanya untuk membongkar tiang pancang senderan yang sudah dibangunnya.
Namun ditolaknya dan akan tetap melanjutkan pembangunan.
Senderan itu dibangunnya secara swadaya dan sampai kini telah menghabiskan biaya Rp 10 juta.
"Saya perbaiki saja nanti daripada nanti jatuh korban, karena ini juga untuk kepentingan orang banyak bukan saya pribadi," ucapnya.
Selain berkomunikasi dengan Balai TNNB dirinya juga sempat melaporkan permasalahan ini kepada Pemkab Buleleng melalui surat yang dikirimkannya.
Namun, setelah sekian lama surat itu terkirim sampai sekarang tidak ada respon apapun dari pemkab.
"Saya sudah bersurat ke bupati, sudah semua cuma gak ada tanggapan apa," katanya.