TNBB Disebut Melarang Pembangunan Senderan di Tebing Patung Ganesha Menjangan Meski Rawan Runtuh
Setiap hari lingkungan Pura Agung Pingit Klenting Sari selalu dipadati umat Hindu dari berbagai daerah di Bali untuk sembahyang.
Penulis: Lugas Wicaksono | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, SINGARAJA - Patung Ganesha di lingkungan Pura Agung Pingit Klenting Sari, Pulau Menjangan, Bali terancam roboh.
Pasalnya, kini sedikit demi sedikit tanah tebing di depan Patung Ganeshaberukuran besar itu runtuh ke laut.
Penanggungjawab Pura Agung Pingit Klenting Sari, Ratu Prabu mengatakan, runtuhnya tanah tebing di depan Patung Ganesha itu karena abrasi yang terjadi selama beberapa tahun belakangan ini.
Tebing secara perlahan terkikis air laut sedikit demi sedikit.
Pengempon pura setahun belakangan ini berencana membangun senderen di pinggir tebing untuk mencegah tebing terkikis abrasi.

Namun, upaya yang sudah dilakukan dengan pemasangan tiang-tiang beton di pinggir tebing itu mendapat pelarangan dari Balai Taman Nasional Bali Barat (TNBB) selaku pengelola Pulau Menjangan.
Pulau Menjangan memang masuk dalam wilayah TNBB.
"Itu memang sudah abrasi. Di bawah itu ada cekungan karena terkikis. Saya mau perbaiki tapi selama ini masih dilarang sama Taman Nasional," kata Ratu Prabu, Selasa (21/2/2017).
Kepada Ratu Prabu, Balai TNBB sempat mengungkapkan alasan bahwa pemasangan beton senderan akan merusak lingkungan Pulau Menjangan.
Sebab pulau itu termasuk kawasan konservasi yang tidak boleh sembarangan dibuat bangunan.
"Saya sulit menjelaskan. Kata Taman Nasional, itu melewati batas," ucapnya.
Kini kondisi tebing setinggi lima meter dari permukaan laut yang ada di depan Patung Ganesha itu sudah sangat mengkhawatirkan.
Di bawah tebing itu kondisinya sudah berupa cekungan.
Terlebih ada semacam goa di bawah tebing.
Ia mengaku akan tetap nekat melanjutkan pembangunan senderan meski telah mendapat teguran dari Balai TNBB.
Ini karena kondisinya sudah mengkhawatirkan dan akan membahayakan umat Hindu yang sembahyang maupun wisatawan.
"Maunya saya tetap (bangun senderan) karena di bawah Ganesha sudah terbentuk goa," katanya.
Setiap hari lingkungan Pura Agung Pingit Klenting Sari selalu dipadati umat Hindu dari berbagai daerah di Bali untuk sembahyang.
Umat juga bersembahyang di depan Patung Ganesha, yang tepat di pinggir tebing.
"Karena banyak umat yang datang kumpul-kumpul sembahyang di depan Ganesha, juga foto-foto. Itu yang saya khawatirkan supaya jangan sampai nanti jadi bahaya," ungkapnya.
Ia khawatir apabila terus dibiarkan saja, maka abrasi akan semakin parah, dan tebing secara perlahan terus terkikis lalu Patung Ganesha juga akan roboh karena dampak abrasi.
Saat ini saja hanya tersisa kurang dari dua meter tanah di depan Patung Ganesha yang kini dijadikan jalan setapak.
"Di depan Ganesha itu memang sudah sempit untuk sembahyang. Tebingnya perlahan runtuh satu-satu. Khawatirnya merembet sampai Ganesha-nya ikut runtuh," katanya.
Menurut dia, Balai TNBB sempat memintanya untuk membongkar tiang pancang senderan yang sudah dibangunnya.
Namun ditolaknya dan akan tetap melanjutkan pembangunan.
Senderan itu dibangunnya secara swadaya dan sampai kini telah menghabiskan biaya Rp 10 juta.
"Saya perbaiki saja nanti daripada nanti jatuh korban, karena ini juga untuk kepentingan orang banyak bukan saya pribadi," ucapnya.
Selain berkomunikasi dengan Balai TNNB dirinya juga sempat melaporkan permasalahan ini kepada Pemkab Buleleng melalui surat yang dikirimkannya.
Namun, setelah sekian lama surat itu terkirim sampai sekarang tidak ada respon apapun dari pemkab.
"Saya sudah bersurat ke bupati, sudah semua cuma gak ada tanggapan apa," katanya.
Sementara itu, Kepala Balai TNBB, Tedi Sutedi sampai kini masih belum dapat dikonfirmasi terkait abrasi di depan Patung Ganesha itu.
Tribun Bali berulangkali menghubunginya melalui telepon seluler tetapi tidak ada jawaban.
Begitu pula saat dikirimi pesan singkat juga tidak dibalas.
Pulau Menjangan berada di barat Kabupaten Buleleng, berjarak 90 kilometer (km) atau 1,5 jam perjalanan dari Kota Singaraja untuk menuju pelabuhan yang berlokasi di kawasan wisata Batu Ampar, Desa Pejarakan, Kecamatan Gerokgak, Buleleng.
Sedangkan, jika dari Pelabuhan Gilimanuk, Kabupaten Jembrana, berjarak 60 km atau 45 menit perjalanan.(*)