Kisah Kehidupan Anak Pantai di Kuta Yang Sering Dikonotasikan Negatif, Padahal

Laporan Wartawan Tribun Bali, Fauzan Al Jundi

TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Di Pantai Kuta, Bali tidak sulit mendapati peselancar lokal, mereka biasa dijuluki anak pantai (beach boy) atau orang-orang yang menghabiskan waktunya di pantai. 

Mereka hidup dari pantai, mulai dari menyewakan papan surfing, menjadi guide wisatawan, sampai bermain musik di pantai. 

Yose Ferianto adalah satu diantara anak pantai yang sudah cukup lama berada di Pantai Kuta. 

"Sudah 4 tahun jadi anak pantai, main musik menghibur tamu, dan main surfing," kata Yose kepada Tribun Bali, Sabtu (22/4/2017). 

Yose mengatakan, hampir setiap hari berada di Pantai Kuta, duduk menghadap laut berbaur dengan wisatawan sambil menyanyikan lagu. 

"Biasanya banyak bule request lagu, kalau dia suka dengan permainan musik kita, mereka bayar kita," ujar Yose. 

Tidak hanya menghabiskan waktu dengan bermain musik saja di Pantai, namun Yose juga menyewakan papan surfing untuk menambah pendapatan sebagai anak pantai. 

"Pendatapan kita nyewain surfing itu kalau pas lagi ramai kadang dapat Rp 700 ribu, kalau sepi kadang gak dapat," imbuhnya. 

Begitulah kehidupan sehari-hari anak pantai, mereka merasa senang menjadi anak pantai.

Selain bisa menikmati pantai setiap hari mereka juga bisa menghasilkan uang dari keahliannya bermain musik dan selancar. 

Namun banyak orang menilai kalau kehidupan anak pantai itu negatif, menurut Yose tidak seluruhnya kehidupan anak pantai seperti itu.

"Anak pantai itu tidak semua negatif," tutupnya. (*)

Info ter-UPDATE tentang BALI, dapat Anda pantau melalui:
Like fanpage >>> https://www.facebook.com/tribunbali
Follow >>> https://twitter.com/Tribun_Bali
Follow >>> https://www.instagram.com/tribunbali
Subscribe >>> https://www.youtube.com/Tribun Bali