Bali Paradise
Godaan Pedas Tipat Kables, Menu Primadona Warung Mogan
Jika Anda termasuk penggemar masakan pedas, maka ada baiknya mencoba menu tipat kables khas Warung Mogan.
Laporan Wartawan Tribun Bali, Ni Putu Diah Paramitha Ganeshwari
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Makanan pedas memang menjadi idola beberapa orang.
Meskipun makanan pedas kerap membuat seseorang hingga bercucuran keringat, namun di sanalah letak serunya.
Jika Anda termasuk penggemar masakan pedas, maka ada baiknya mencoba menu tipat kables khas Warung Mogan.
Sesuai namanya, menu ini terdiri dari ketupat sebagai bahan utama, kemudian dicampur dengan sayuran dan tahu goreng. Ketupat yang telah dipotong kemudian dilumuri saus kacang encer pedas.
"Tipat kables ini sesungguhnya terinspirasi dari tipat kuah. Hanya saja bumbunya terbuat dari kacang, sama seperti tipat cantok. Karena bumbunya encer, kami pun menambahkannya dengan cara dikables-kablesin, disendok lalu dituang ke mangkok. Makanya kami namakan tipat kables," jelas I Ketut Suswanto, pemilik Warung Mogan.
Tipat kables menjadi menu primadona Warung Mogan. Selain itu menu lain seperti tipat cantok pun masih banyak dicari pelanggan. Untuk tipat cantok, tingkat kepedasannya bisa Anda pesan sesuai selera.

"Warung Mogan adalah tempat makan yang menjual makanan yang sudah akrab dengan orang Bali. Kami percaya makanan tersebut tetap dicari. Tetapi sebagai penyeimbang, kami juga menghadirkan menu lain semisal bakso dan chinese food," ucap Ketut Suswanto.
Mereka pun menyediakan menu spesial untuk sarapan yaitu nasi kuning sejak pukul 06.30.
Berbicara kuliner rumahan, Bali memang seakan tidak mengenal waktu dan tempat. Entah di kota ataupun desa, bagi anak-anak maupun dewasa, menu-menu tradisional semisal rujak gula bali, bulung, tipat cantok, hingga es daluman pasti melekat dalam ingatan.


Jikalau suatu hari orang Bali merantau ke tempat lain, barangkali rasa itulah yang paling mereka rindukan.
Hal spesial lain dari warung yang terletak di Jalan Mudu Taki, Banjar Tegaljaya, Dalung ini adalah lokasinya yang berada di areal persawahan.

Pengunjung pun bisa bersantap sambil menikmati indahnya sawah. Pada bulan Juni ini padi terlihat mulai menguning. Waktu panen kira-kira akan berlangsung dalam hitungan minggu ke depan.
Lokasi yang berada di area sawah membuat suasana terkesan sejuk. Suara putaran baling-baling yang dipasang oleh petani semakin menambah kesan sejuk dan damai.
Anda bisa memanjakan diri di gazebo tengah sawah ataupun duduk di rumah joglo. Anda juga bisa bersantai di lantai dua untuk mendapatkan sepoi angin.
Ketika sore, staf Warung Mogan akan memasang kursi santai di halaman. Anak-anak pun bisa menikmati permainan di area bermain Warung Mogan.
Hanya dengan membayar Rp15 ribu, mereka dapat bermain sepuasnya, baik perosotan, mandi bola, main mobil-mobilan, atau sekadar berkejaran. Wahana permainan dipastikan aman untuk anak-anak.
"Dengan disediakan wahana bermain ini, kami ingin agar seluruh anggota keluarga merasa senang berada di Warung Mogan. Orangtua bisa makan dan bersantai. Sementara anak-anak dapat bermain dengan riang," ujar Ketut Suswanto.
Ia menambahkan, Warung Mogan juga menyediakan masakan vegetarian.
Dengan demikian, rasa-rasanya semua kalangan bisa menikmati hidangan Warung Mogan.
Fasilitas ruang yang disediakan Warung Mogan pun cukup baik sebagai tempat dilaksanakannya acara ulang tahun, seminar, ataupun kegiatan seremonial lainnya.
Menurut Ketut Suswanto, Warung Mogan bisa menampung hingga 200 orang. Warung Mogan juga didukung dengan ruang parkir yang cukup luas.
Sawah jadi Daya Tarik
Warung Mogan, menurut I Ketut Suswanto awalnya berupa warung sederhana. Tidak ada gazebo apalagi joglo.
Hanya ada tujuh meja tempat pelanggan menunggu pesanan. Meskipun sederhana, namun sejak dibuka pada 2013, ketujuh meja itu selalu penuh terisi, tak pernah sepi.
Ketut Suswanto tidak mengerti angin apa yang mengundang pembeli untuk datang ke Warung Mogan.
"Lokasi kami barangkali jauh dari jalan raya. Letaknya juga berada di sekitar areal persawahan. Kelihatannya memang kurang strategis. Namun jalanan ini cukup sering dilalui anak sekolah dan orangtua siswa di sekitarnya ada sekolah dan kampus. Barangkali merekalah yang mempromosikan Warung Mogan dari mulut ke mulut," ucap Ketut Suswanto.
Rasa yang cocok di lidah dan harga ramah di kantong, barangkali menjadi daya tarik tersendiri bagi pelanggan.
Seiring ramainya Warung Mogan, Ketut Suswanto pun mulai mengembangkan tempatnya. Rumah joglo dan gazebo dibangun, begitu pula dengan area bermain anak-anak.
Area persawahan di sekitar warung ia maksimalkan potensinya sebagai penarik perhatian.
"Awalnya kami tidak menyadari jika sawah bisa menjadi daya tarik sebuah tempat makan. Kami baru memaksimalkan potensinya seiring dengan restoran berjalan," ujarnya. Kini Warung Mogan pun tidak hanya menjadi tempat orang menikmati masakan lezat, tetapi juga pemandangan yang indah.
Warung Mogan kini memiliki puluhan staf, dari awalnya hanya berlima.
Bahkan di masa-masa awal Ketut Suswanto juga sempat mengambil pekerjaan sebagai penerima dan pengantar pesanan.
Ketika bercerita masa awal Warung Mogan yang agak 'chaos' namun menyenangkan, Ketut Suswanto tertawa kecil.
"Karena dulu hanya berlima, kami cukup kelabakan menerima pesanan. Ada pesanan yang kelupaan dan sebagainya. Akan tetapi sesudah berjalan hampir empat tahun ini banyak sistem yang kami perbaiki. Staf kami pun sekarang ada 20-an orang. Kami berharap pelanggan bisa puas dengan makanan, suasana, dan pelayanan kami," tuturnya diiringi senyum. (*)