Jembatan Tukad Petanu Makan Korban, Satu Tewas Dan Ada Yang Tersangkut di Pohon
Satu korban meninggal dunia di tempat, karena terbentur bebatuan andesit yang terdapat di dasar jembatan.
Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Eviera Paramita Sandi
TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR – Kondisi jembatan Tukad Petanu, yang selama ini menjadi jalan alternatif warga Banjar Laplapan, Desa Petulu, Ubud, dan sejumlah banjar di Desa Pejeng menuju Ubud, Gianyar, Bali keadaannya memperihatinkan.
Setiap musim hujan, material tanah tebing sepanjang kawasan tersebut longsor, dan material longsor selalu menumpuk di atas jembatan.
Selain itu, air hujan juga selalu menggenangi jembatan ini.
Kombinasi tumpukan material longsong (tanah merah) dan genangan air hujan ini membuat jembatan menjadi licin.
Belum lama ini, dua pengendara jatuh ke bawah jembatan.
Satu korban meninggal dunia di tempat, karena terbentur bebatuan andesit yang terdapat di dasar jembatan.
Sementara korban satunya lagi selamat, karena tersangkut di pepohonan.
Warga Banjar Laplapan, Wayan Rio Ardiana, Kamis (29/6) mengatakan, jembatan yang sudah tidak layak tersebut membuat masyarakat selalu ketakutan melintas.
Pihaknya berharap Pemda Gianyar mengalokasikan anggaran untuk perbaikannya.
Sebab, jalur ini bukan hanya akses warga menuju Ubud.
Tetapi juga sebagai jalur alternatif pariwisata, dari Ubud menuju sejumlah objek wisata di Kecamatan Tampaksiring.
“Keadaan jembatan ini sangat meresahkan. Dan, jalan ini satu-satunya penghubung warga Laplapan menuju Ubud. Semoga cepat dapat perbaikan,” ujarnya.
Anggota Komisi II DPRD Gianyar, I Ketut Karda, mengatakan, pihaknya sudah mengajukan permohonan perbaikan di tahun anggaran 2017.
Namun permohonan tersebut ditolak, dengan alasan Pemda Gianyar tidak memiliki anggaran.
Pihaknya menyayangkan hal tersebut. Sebab keadaan jembatan tersebut sudah tidak memenuhi standar.