Kawasan Padang Galak Diduga Bakal Dibangun Hotel, Tradisi Layang-layang Dikhawatirkan Punah         

Kawasan pantai Padang Galak diduga hendak dibangun kawasan pariwisata, layang-layang dokhawatirkan punah

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: imam rosidin
Tribun Bali/Rizal Fanany
FESTIVAL- Sejumlah layang-layang dengan ukuran raksana mengudara pada Festival Layang-layang di pesisir pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar, Sabtu (8/7). Festival yang berlangsung selama dua hari ini melombakan 1010 dari berbagai jenis layangan. 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Ribuan orang dari sekaa rare angon Bali tumpah ruah di pesisir pantai Padang Galak, Kesiman, Denpasar, Bali, Sabtu (8/7/2107).

Dengan semangat gotong royong, mereka menaikkan satu per satu layang-layang atau layangan yang menjadi andalan mereka pada Festival Layang-Layang Bali ke-39.

Langit Padang Galak dipenuhi puluhan layang-layang yang mengudara. Sejumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang tampak terpesona.

Di tengah kemeriahan festival yang digelar Persatuan Layang-Layang Indonesia (Pelangi) Bali ini, ada kekhawatiran tradisi layang-layang terancam punah.

Apalagi di Denpasar sulit mencari tempat bermain layang-layang. Bahkan lahan di Padang Galak yang setiap tahun digunakan bermain layang-layang oleh ribuan orang itu sekarang sudah dikuasai lebih dari empat investor.

“Di Mertasari sudah mengecil, kalau di lapangan tidak mungkin. Jadi itu khawatiran kami. Dan kami sudah minta kepada wali kota agar anak-anak tetap bisa melayangan di sini,” ungkap Made Yudha, Ketua II Bidang Lapangan Pelangi Bali kepada Tribun Bali, kemarin.

Menurut Yudha, sebetulnya kawasan bermain layang-layang yang sudah dikuasai para investor itu tidak mungkin dibangun untuk kepentingan komersial, seperti hotel, dan lainnya.

Sebab, menurutnya sempadan pantai sudah tidak ada, dan kawasan tersebut merupakan kawasan suci yang setiap tahun dijadikan tempat melasti.

“Jadi tidak boleh membangun apapun di sekitar sini. Sebenarnya Pemkot harus mempertahankan tempat ini menjadi ruang terbuka hijau,”  kata Yudha.

Ia berharap agar pemerintah tetap mempertahankan kawasan tersebut sebagai bermain layang-layang. “Bayangkan ini sudah hampir yang ke-40 festival layang-layang di Padang Galak. Khan kasihan anak-anak,” harapnya.

Perbekel Kesiman Petilan, Wayan Mariana mengungkapkan lahan di kawasan bermain layang-layang itu sudah dikuasai investor.  

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) atau biasa disebut Dinas Perizinan Kota Denpasar, Kadek Kusuma Diputra mengatakan kawasan bermain layang-layang di Padang Galak adalah zona pariwisata, alias bukan zona hijau.

Mantan Kepala Dinas Tata Ruang dan Perumahan (DTRP) Kota Denpasar, itu belum lama ini sempat mengungkap ada sejumlah investor yang akan membangun tempat hiburan, seperti mall, dan pusat-pusat hiburan lain di Denpasar.

Hanya saja, ia masih enggan mengungkap secara rinci siapa dan dimana saja akan dibangun.

Ia pun memastikan sampai saat ini belum ada pengajuan izin apapun untuk pembangunan di kawasan bermain layang-layang di Padang Galak. “Yang jelas setahu saya itu kawasan pariwisata,” kata pria asal Padang Tegal, Ubud, Gianyar itu. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved