HUT Kemerdekaan RI

Nah, Bagus Persatuannya kalau Begini! Para Mantan Presiden Kompak Hadiri Upacara Kemerdekaan

Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para tamu undangan yang hadir memakai baju adat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

ANTARA FOTO/AGUS SUPARTO
Presiden Joko Widodo (ketiga kiri) dan Wapres Jusuf Kalla (keempat kanan) berfoto bersama (dari kiri) mantan Presiden BJ Habibie, Iriana Joko Widodo, mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, Mufidah Jusuf Kalla, mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ani Yudhoyono usai upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI dengan mengenakan busana adat di Istana Negara, Jakarta, Kamis (17/8/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Ada yang berbeda pada peringatan HUT ke-72 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI) dan Upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan yang diselenggarakan di Istana Merdeka, Jakarta, Kamis (17/8/2017).

Mereka yang hadir seakan ingin menunjukkan keragaman dan kebhinnekaan di Indonesia.

Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla dan para tamu undangan yang hadir memakai baju adat dari berbagai daerah di seluruh Indonesia.

Yang juga menarik, jajaran Presiden RI terdahulu pun kompak hadir.

Presiden ke-6 Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tampak hadir dengan mengenakan pakaian adat Palembang.

Ia tidak datang sendiri, Ani Yudhoyono turut mendampinginya dengan mengenakan kebaya merah.

Sementara Presiden ke-5 Indonesia, Megawati Soekarnoputri, datang bersama  putrinya Puan Maharani.

Megawati terlihat mengenakan kebaya emas dengan warna kecokelatan.

SBY dua tahun berturut-turut tidak menghadiri upacara Peringatan Kemerdekaan RI di Istana Merdeka sejak tak menjabat lagi di akhir tahun 2014.

Sedangkan Megawati tidak pernah hadir dalam upacara Peringatan Kemerdekaan RI selama 10 tahun SBY menjabat sebagai presiden.

Terakhir, pertemuan SBY-Mega terjadi dalam suasana duka saat meninggalnya suami Megawati, yakni Taufiq Kiemas, pada tahun 2013.

Saat itu SBY memimpin upacara penghormatan terakhir kepada Taufiq, yang meninggal ketika masih menjabat sebagai Ketua MPR.

Semenjak itu, SBY dan Mega tak pernah berada dalam satu acara bersama.

Oleh media, keduanya kemudian dipersepsikan kurang akur.

Adapun Presiden ke-3 Indonesia, BJ Habibie, datang dengan disertai cucunya.

Sama halnya dengan tamu undangan lain, Bapak Teknologi Indonesia itu juga  mengenakan pakaian adat.

Saat itu, Habibie terlihat mengenakan pakaian adat Bugis lengkap dengan senjata adatnya.

Hadir pula dua mantan Wakil Presiden (Wapres), yakni Try Soetrisno dan Budiono, masing-masing beserta istri.

Juga terlihat mantan Ibu Negara Shinta Nuriyah Wahid (istri almarhum Presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid).

Berkumpulnya para Presiden RI, termasuk SBY dan Megawati, dalam upacara Peringatan Kemerdekaan ke-72 kemarin seakan menjadi salah-satu hadiah istimewa bagi Indonesia.

BJ Habibie menyebut berkumpulnya para mantan presiden dalam acara perayaan HUT Kemerdekaan dan upacara detik-detik proklamasi di Istana Merdeka ini sangat bagus sebagai simbol persatuan.

"Kan bagus toh persatuannya," kata BJ Habibie di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis (17/8/2017).

Kehadirian SBY mendapat tepuk tangan dari para tamu yang hadir.

Jokowi terlihat merangkul, kemudian cipika-cipiki dengan SBY yang mengenakan busana adat dari Palembang itu.

Sebelum menyalami SBY, Jokowi menyalami terlebih dahulu Ketua DPR Setya Novanto, Ibu Ani Yudhoyono dan deretan tamu lainnya.

Usai menyalami SBY, Jokowi kemudian memberi salam kepada Megawati Soekarnoputri.

Menggunakan pakaian adat dalam upacara peringatan kemerdekaan kali ini adalah ide Presiden Jokowi langsung.

Jokowi ingin Indonesia sebagai negara kaya dan beragam ditunjukkan.

"Biar tahu, kita ini beragam. Karena Indonesia itu memang sangat beragam. Inilah Indonesia. Kita kan tahu, ratusan pakaian adat yang kita punya," ujar Jokowi sebelum upacara pengibaran bendera berlangsung.

Menggunakan baju adat juga diwajibkan bagi pasukan pengawal Presiden, Paspampres.

"Ini misalnya, Paspampres (pakai pakaian daerah) adat Melayu. Ada yang pakai Minahasa juga yang itu. Pangling kan?" ujar Jokowi sumringah.

Presiden Jokowi mengenakan pakaian adat Tanah Bumbung dari Kalimantan Selatan. 

Ada 15.000 tamu undangan yang diundang dan diminta menggunakan pakaian adat.

Banyak yang menggunakan adat Jawa hingga Betawi. Ada juga yang mengenakan pakaian adat Kalimantan hingga Papua.

Sebagian lagi tamu memilih memakai batik atau setelan jas.

Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian bersama istri datang menggunakan baju adat Papua.

Para menteri yang datang juga terlihat kompak menggunakan baju adat dari berbagai daerah.

Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Presiden Bey Machmudin menyebut peringatan pada tahun ini terasa lebih spesial dibanding tahun-tahun sebelumnya.

"Sebab, untuk kali pertama, para tamu undangan yang hadir diminta untuk mengenakan pakaian adat kebanggaan mereka. Hal ini tentu menjadikan suasana peringatan kemerdekaan Republik Indonesia semakin berwarna," kata Bey, Kamis (17/8/2017).

Sebelum upacara dimulai, tamu undangan dan masyarakat yang telah berada di lingkungan Istana Merdeka disuguhkan dengan sejumlah pertunjukan kesenian.

Tarian Jejer Kembang Menur dari Banyuwangi berhasil memukau para tamu undangan.

Lagu-lagu perjuangan oleh Gita Bahana Nusantara yang turut membangkitkan semangat peserta upacara dan tamu undangan.

Para penari membawakan tarian Gandrung Banyuwangi menjelang upacara peringatan detik-detik proklamasi kemerdekaan RI di Istana Merdeka.

Nyeker Masuk Istana

Yang juga menarik dalam upacara HUT RI di Istana Merdeka kemarin. Diantara tamu yang hadir, sejumlah anggota masyarakat Suku Badui dari Banten tampak hadir dengan ciri khasnya, yakni tanpa mengenakan alas kaki alias nyeker.

Mursid (15), seorang warga adat Badui yang mengenakan busana serba hitam, mengaku baru pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di Istana Merdeka.

"Baru pertama kalinya ke Istana. Ternyata enggak pakai alas kaki enggak apa-apa, boleh masuk," kata Mursid.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan, Hasto Kristianto menilai pertemuan SBY-Megawati sebagai sesuatu yang sangat baik. Menurutnya, pertemuan tersebut juga menjadi bukti bahwa kepemimpinan Jokowi membawa semangat persatuan.

"SBY dan Megawati hadir, ini merupakan hal yang sangat baik. Hal ini menunjukkan kepemimpinan Pak Jokowi adalah pemimpin yang menyatukan dan membawa semangat persatuan," ungkap Hasto di kantor DPP PDI Perjuangan, lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis (17/8/2017) siang.

Hasto menambahkan, kehadiran para mantan Presiden di Istana Merdeka menjadi teladan bagi semua.

Terlebih, sambung Hasto, para pemimpin bangsa harus memberi teladan dalam menggelorakan semangat persatuan.

"Ini merupakan momentum bangsa Indonesia, sehingga detik‑detik proklamasi dimaknai para pemimpin bangsa dengan bergandengan tangan untuk Indonesia Raya," sambung Hasto.

Hasto tak mau mengaitkan pertemuan SBY dan Megawati sebagai rencana menghadapi Pemilu 2019. "Ini tidak bisa dimaknai dalam perspektif politik untuk Pemilu 2019. Ini semua adalah semangat Merah Putih untuk bergandengan tangan dengan seluruh seluruh aspek bangsa,” kata Hasto.

Sedangkan Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI, Edhie Baskoro Yudhono atau Ibas, menilai pertemuan SBY dan Megawati merupakan hal biasa.

Saat ditanya oleh sejumlah wartawan mengenai pendapatnya terkait pertemuan itu, Ibas menuturkan bahwa hal tersebut tidak perlu dibesar-besarkan.

Menurut Ibas, sebagai tokoh bangsa, SBY sering kali bertemu dengan semua tokoh nasional dan masyarakat biasa. Bahkan tidak jarang SBY juga menggelar pertemuan yang tidak diketahui oleh media massa.

"Entah itu forum seperti ini atau forum-forum yang tidak terkupas oleh media. Pertemuan-pertemuan itu tentu untuk silaturahim, membangun kebersamaan, memberikan kontribusi yang baik bagi bangsa," kata Ibas saat menghadiri HUT RI ke-72 Fraksi Partai demokrat DPR RI di lapangan Puri Cikeas, Desa Nagrag, Bogor, Jawa Barat, Kamis (17/8/2017).

Sementara itu, Kolonel Pnb M. Yani Amirullah didapuk menjadi Komandan Upacara Peringatan Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan RI.

Pria kelahiran Semarang, 5 Mei 1972 ini merupakan lulusan Akademi Angkatan Udara tahun 1995.

Saat ini ia menjabat sebagai Komandan Wing Udara 7 Pangkalan Udara (Lanud) Supadio.

Adapun bertindak sebagai Komandan Kompi Paskibraka ialah Kapten Inf Priya Firmansyah. Saat ini pria kelahiran Sorong, 12 Oktober 1985 tersebut bertugas sebagai Dankipan B Raiders 300 Kodam III/Siliwangi.

Ia merupakan lulusan Akademi Militer tahun 2008.

Sementara Fariza Putri Salsabila, siswi SMA Negeri 1 Kota Blitar, Jawa Timur, terpilih sebagai pembawa baki Bendera Sang Saka Merah Putih pada upacara Detik-Detik Proklamasi Kemerdekaan kemarin.(tribunnews/kps/ric)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved