Brimob dan Pecalang Jaga Rumah Warga di Sekitar Lereng Gunung Agung yang Ditinggal Mengungsi

Daerah tersebut meliputi Desa Jungutan, Buana Giri, Sebudi, Ban, Dukuh, dan Desa Besakih.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/I Nyoman Mahayasa
Ratusan pengungsi menempati GOR Swecapura, Desa Gelgel, kabupaten Klungkung, Kamis (21/9/2017). 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Brimob Polda Bali berjanji menjaga rumah warga di sekitar lereng Gunung Agung yang ditinggal mengungsi pemiliknya.

Ini dilakukan untuk meminimalisir potensi kejahatan seperti pencurian barang-barang berharga.

Baca: Magma Sudah Naik ke Permukaan, Kepala PVMBG Sebut Sangat Berpotensi ke Arah Letusan

Baca: 12 Tanda-tanda Gunung Agung Sangat Berpotensi ke Arah Letusan, No 11 Beda dari Gunung Lain

"Minta tidak diminta, kami harus turun mengamankan rumah warga yang ditinggal mengungsi. Kami akan lakukan patroli," kata Komandan Satuan Brimob Polda Bali, Kombes Pol Laksana saat ditemui di Pos Pemantauan Gunung Agung di Desa Rendang, Karangasem, Kamis (21/9/2017).

Kombes Pol Laksana mengerahkan petugas untuk patroli di sekitar daerah kawasan rawan bencana III (KRB III).

Daerah tersebut meliputi Desa Jungutan, Buana Giri, Sebudi, Ban, Dukuh, dan Desa Besakih.

Brimob Polda Bali menurunkan sekitar 30 personel untuk melakukan patroli ke desa-desa di lereng Gunung Agung yang ditinggalkan warga.

Sementara itu, Kapolsek Rendang, Kompol I Nengah Berata mengaku sudah mengimbau  Bhabinkamtibmas untuk mengawasi daerah KRB III.

"Jangan sampai rumah warga yang mengungsi disatroni maling," pesannya.

Tim Pos Pengamanan Tangap Siaga Polsek Rendang juga diturukan untuk menjaga rumah warga.

Sebanyak 50 personel disebar ke seluruh Banjar di Desa Besakih dan sekitarnya.

Penjagaan di desa juga melibatkan petugas pengamanan teritorial desa adat, pecalang.

Sejatinya, polisi telah mengimbau warga agar membawa barang berharga seperti sertifikat tanah, BPKB, perhiasan, dan barang yang dianggap berharga lainnya.

"Patroli tiap hari. Tim Tanggap Siaga dan Bhabinkamtibmas terus pantau. Sampai saat ini belum ada informasi pencurian," kata mantan Kapolsek Bebandem ini.

Sebelum mengungsi, warga juga diminta untuk melaporkan aset-aset mereka ke camat, luarah, pihak desa atau kepada polisi.

Ini untuk menghindari klaim kehilangan nanti. 

"Jangan sampai warga mengaku kehilangan, padahal tidak. Makanya warga harus melaporkan aset yang mereka tinggalkan saat mengungsi," kata Laksana.

Tinggalkan Ternak Sapi

Sementara itu, sekitar 200 warga Desa Sebudi, Kecamatan Selat, Karangaem tiba di Pos Pengungsian Lapangan Gelgel Klungkung, kemarin.

Mereka dijemput mobil Satpol PP dan Kodim Klungkung setelah sebelumnya sempat tertahan mengungsi di SDN 2 Pesaban, Rendang, Karangasem.

Seorang pengungsi, I Nyoman Rimpeg (55) tampak gundah.

Ia mengaku khawatir dengan ternak sapinya yang ditinggal di kampung halaman.

Rimpeg belum sempat menjual ternaknya.

Sebab sebelumya ditawar sangat murah oleh pembeli.

"Tetangga saya ternak sapinya dijual murah untuk mengungsi. Biasanya sapi harganya Rp 12 juta per ekor, malah ada yang dibeli hanya Rp 5 juta per ekor. Jadi lebih baik sapi peliharaan saya, saya titipkan ke kerabat yang belum mengungsi," kata Rimpeg.

Rimpeg mengungsi dengan seluruh anggota keluarganya yang berjumlah tujuh orang.

Selain aroma belerang dan gempa, di Desa Sebudi juga sudah terasa sangat panas.

"Hampir setiap malam terasa gempa. Selain itu juga terasa panas. Panasnya beda dari biasanya. Lebih baik kami mengungsi sesuai arahan pemerintah," kata warga yang rumahnya berjarak sekitar tiga Km dari kawah Gunung Agung tersebut. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved