Gunung Agung Terkini

Magma Sudah Naik ke Permukaan, Kepala PVMBG Sebut Sangat Berpotensi ke Arah Letusan

Gempa vulkanik dalam dan dangkal juga terus meningkat, sehingga berdampak ke permukiman warga di lereng gunung.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Rizal Fanany/I Nyoman Mahyasa
Sebanyak 550 jiwa menempati pos pengungsian di GOR Swecapura, Desa Gelgel, Kabupaten Klungkung, Kamis (21/9/2017) siang. Hingga Kamis (21/9/2017) malam, total jumlah pengungsi Gunung Agung mencapai 5.101 jiwa. Mereka tersebar di kawasan di Karangasem, Buleleng, dan Klungkung. 

Berdasarkan catatan di Pos Pemantauan Gunung Agung di Rembang, kemarin amplitudo vulkanik dalam rata-rata 4 sampai 8 MM, durasinya 10–24 detik.

Sedangkan amplitudo vulkanik dangkal 3-4 MM dengan durasi 10-11 detik.

Untuk gempa tektonik lokal, amplitudonya 7-8 MM, durasinya 30-47 detik.

Diprediksi frekuensi gempa akan terus mengalami peningkatan hingga ke depan.

Dari hasil pemantauan, pergerakan magma sudah terjadi di sekitar jarak 5 kilometer di bawah permukaan laut .

Dijelaskan Kasbani, dalam energi gunung berapi terkandung uap dan gas yang berfungsi mendobrak material yang berada di atasnya.

”Kapan akan terlepas (terjadi dobrakan, red), itu yang kita tidak tahu. Kami hanya membaca tanda-tanda,”ungkap Kasbani.  

Ditambahkan, energi yang dihasilkan dari aktivitas magma di bawah permukaan Gunung Agung demikian besar.

Itu bisa diprediksi dari jarak waktu letusan yang cukup lama, yakni selang 54 tahun dari waktu terjadinya letusan terakhir pada tahun 1963.

Berdasarkan catatan PVMBG, Gunung Agung hanya punya sedikit peristiwa letusan.

Gunung Agung tercatat baru 4 kali meletus sejak tahun 1800, yakni tahun 1808, 1821, 1843, serta 1963.

Ini berbeda dengan sejumlah gunung berapi lainnya di Indonesia.

Karakter letusan Gunung Agung juga sangat eksplosif, berbeda dengan gunung berapi lain di Indonesia yang sering meletus dan berulang.

“Tadi (kemarin) kita juga pasang alat pendeteksi untuk mengetahui kembang kempesnya gunung. Hari ini akan ditambah satu lagi alat untuk mengukur jarak miring dan jarak datar,” jelas Kasbani.

Dilihat dari frekuensi gempa serta kekuatan amplitudonya, perubahan aktivitas Gunung Agung begitu cepat dan meningkat begitu tajam.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved