Gunung Agung Terkini
SEDIH, Usai Mengungsi, Janin Usia 25 Minggu Meninggal Dalam Kandungan, Ni Luh Sekar Hanya Pasrah
Hingga saat ini janinnya belum bisa dikeluarkan, Ni Luh Sekar Dwipayani (17) dirawat di RSUD Buleleng
Mereka hanya bisa menunggu keputusan dari pihak medis kapan sekiranya jasad janin yang ada dikandungan Sekar dapat dikeluarkan.
"Kata dokter mengeluarkan janin itu tidak sembarangan. Barusan istri saya diberi perangsang. Sekarang mulai mulas-mulas," ujar Witama.
Selain harus menerima kenyataan pahit kehilangan anak pertamanya, pasutri malang ini kembali dirundung kegelisahan, terkait biaya yang nantinya akan dikeluarkan sesuai tindakan mengeluarkan jasad janinnya.
Witama mengaku tidak memiliki Kartu Indonesia Sehat.
Ia pun kebingungan, dan berharap datangnya uluran tangan dari pemerintah.
Setelah jasad janinya berhasil dikeluarkan, pihak keluarga berencana untuk menguburnya di Setra Desa Ban.
"Harus dikubur saat itu juga saat bayinya berhasil dikeluarkan. Tidak ada pilihan lain, dikuburnya ya harus di Desa Ban. Mudah-mudahan kami masih diberikan izin untuk melakukan pemakaman," tutup Witama.
Dirut RSUD Buleleng, dr Gede Wiartana mengatakan dari hasil analisis medis pihaknya belum dapat memastikan penyebab kematian janin dalam kandungan Sekar.
Tetapi Wiartana menegaskan bahwa kematian bayi dalam kandungan Sekar tidak ada hubungannya dengan erupsi Gunung Agung.
“Dari segi fisik ibu bayi dalam keadaan sehat dan tenang, secara psikis juga tidak stres, jadi belum dapat diketahui pasti penyebab kematian bayi dalam kandungan. Secara medis memang dapat disebabkan beberapa faktor, bisa dari ibunya atau dari bayinya yang mungkin ada kelainan,” jelasnya.
Hingga Senin sore, Sekar masih menjalani masa induksi untuk mendorong bayinya keluar.
"Belum ada tanda-tanda bukaan di jalan lahir secara normal pada pasien," tutupnya. (*)