Inspirasi
Nengah Widiasih, Atlet Difabel Asal Karangasem Berniat Sumbangkan Sebagian Bonus ke Pengungsi
Wanita kelahiran Banjar Bukit itu tercatat sebagai atlet angkat berat untuk kelas 45 kilogram.
Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Ni Nengah Widiasih, atlet difabel asal Banjar Bukit, Desa Sukadana, Kecamatan Kubu Kabupaten Karangasem, akan menyumbangkan sebagian bonus yang diterimanya untuk pengungsi Gunung Agung.
Orangtuanya tinggal di kawasan rawan bencana.
Widiasih berhasil menyumbangkan medalil emas untuk Indonesia pada Asean Para Games 2017 di Kuala Lumpur, Malaysia, yang menempatkan Indonesia sebagai juara umum.
Atas prestasinya itu, bersama para atlet Indonesia yang berlaga di Asean Para Games 2017, Widiasih mendapat bonus dari Presiden Jokowi, yang secara simbolis diserahkan pada 2 Oktober lalu di Istana Kepresidenan, Jakarta.
Wanita kelahiran Banjar Bukit itu tercatat sebagai atlet angkat berat untuk kelas 45 kilogram.
Setiap raihan satu medali emas, atlet mendapat bonus Rp 200 juta.
Widiasih meraih dua medali emas dalam Asean Para Games 2017, yang diikuti oleh para atlet dari 11 negara di Asia Tenggara itu.
Dihubungi Tribun Bali, Selasa (3/10/2017), Widiasih mengaku bahagia dengan prestasinya.
Dia tidak menduga akan merebut dua medali emas.
Sebelum bertanding, katanya, pikirannya terpecah.
Di satu sisi memikirkan orang tua dan saudaranya di rumah, di sisi lain memikirkan pertandingan.
Ia memikirkan keluarganya di Banjar Bukit, karena khawatir terjadi sesuatu pasca peningkatan status Gunung Agung.
Beberapa kali Widiasih menelepon kedua orang tuanya untuk menanyakan keadaan mereka di rumah.
"Saat itu status Gunung Agung belum Awas, masih Siaga. Pikiran terus terbayang rumah, karena desa saya (Sukadana) masuk kawasan rawan bencana. Ya pasti khawatir akan kemungkinan sesuatu menimpa keluarga. Untungnya saat itu orang tua selalu bilang dalam kondisi sehat dan aman," kata Nengah Widiasih.
Bahkan, sehari sebelum pertandingan pada 18 September lalu, kedua orang tuanya memberi semangat, meminta Widiasih untuk tidak memikiran kondisi di rumah dan fokus ke pertandingan.
Akhirnya, pada hari-H pertandingan, Widiasih bertanding tanpa ada beban.
Turun di kelas 45 kilogram putri, Widiasih berhasil meraih angkatan terberat.
Dia mengalahkan Nguyen Ti Hong dari Vietnam, yang harus puas di tempat kedua.
Raihan Widiasih juga di luar perkiraan.
Ia sekaligus memecahkan rekor Asean Para Games dengan cacatan terbaik.
"Terima kasih kepada orang tua, pelatih, serta rekan-rekan yang terus memotivasi saya hingga bisa memperoleh medali emas," ucapnya.
Setiap Widiasih berangkat meninggalkan rumah untuk mengikuti pertandingan di tempat yang jauh, menurut Widiasih, orang tuanya selalu mendoakannya. Biasanya mereka berdoa dan maturan pejati di rumah.
Dalam Asean Para Games 2017 yang diikuti negara-negara dari Asia Tenggara itu, Indonesia meraih 126 medali emas dan menjadi juara umum.
“Raihan emas dan jadi juara umum itu melebihi target yang ditentukan," imbuh Widiasih saat dihubungi, Selasa (3/9/2017).
Widiasih mengaku ingin pulang langsung usai pertandingan Asean Para Games 2017 itu.
Ia hendak menemui kedua orang tua serta saudaranya, dan membawa mereka ke rumah Widiasih di Perumahan Legombang Indah, Desa Ketewel, Gianyar, yang dekat Pantai Lembeng.
"Setelah bertanding ingin cepat-cepat pulang evakuasi orang tua (mengungsi). Apalagi baca berita jika ada gempa sekitar Kecamatan Kubu, dan daerah di lereng Gunung Agung," kata Nengah Widiasih.
Tanggal 24 September 2017, rombongan balik dan langsung menuju Solo, Jawa Tengah.
Tanggal 26 September langsung menuju Bali untuk menemuai orang tua dan saudara.
Sebagian besar keluarga dari orang tua sudah mengungsi ke Singaraja.
"Setelah itu, kedua orang tua dan saudara dibawa ke Ketewel. Supaya lebih aman dan tidak terkena erupsi Gunung Agung. Yang jemput mereka ke desa kakak saya,"ungkap Widiasih.
Oleh karena ingin cepat-cepat bertemu orangtuanya, Widiasih tak ikut ke Istana Kepresidenan untuk bertemu Presiden Jokowi pada 2 Oktober lalu.
Prestasi di tingkat internasional bukanlah hal baru bagi Widiasih.
Sebelumnya dia meraih medali perunggu di Paralympic 2016 di Rio de Jenario (Brasil), dan dapat bonus sekitar Rp 1 miliar dari pemerintah.
Sebagai wujud rasa syukur atas prestasinya sekaligus bersimpati terhadap para pengungsi Gunung Agung, Widiasih bertekad untuk menyumbangkan sebagian bonusnya kepada para pengungsi Gunung Agung.
Sisanya akan dia tabung demi mewujudkan cita-citanya untuk mendirikan fitness centre atau gym.
Bonus yang ia terima dari pemerintah karena meraih dua medali emas itu sebesar Rp 400 juta.
"Tapi bonus uangnya masih belum cair. Selain itu, saya juga dijanjikan menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS). Masalah ini masih dikomunikasikan oleh Kementerian Pemuda dan Olahraga kepada Presiden," ungkap Widiasih.(*)