Jejak Gembong Bom Bali
Tim Walet Hitam yang Misterius di Balik Akhir Hidup Dr Azhari, Terus Bergerak Meski Kaki Tertembak
Doktor Azhari merupakan tokoh penting dan diduga otak dari serangkaian serangan bom di Indonesia dalam kurun waktu 2002 hingga 2005.
Baku tembak antara Azhari dan tim Walet Hitam terjadi.
Seorang anggota Walet Hitam terkena peluru yang ditembakkan dari dalam rumah.
"Seorang anggota tim tertembak kakinya. Tetapi, dia terus bekerja menjalankan misi meski kakinya berdarah," tutur Arif.
Setelah baku tembak terjadi, rumah itu didiamkan termasuk mayat Dr Azhari dan Arman yang masih di dalam rumah.
Sehari setelahnya, tim Jibom mendapati Azhari tewas akibat tertembak peluru 556 milimeter yang digunakan oleh tim CRT Walet Hitam.
Persembahan Khusus
Komjen Arif Wachjunadi yang saat ini menjabat sebagai Sekretaris Utama Lemhanas mengatakan, buku yang dibuatnya ini di antaranya dipersembahkan secara khusus untuk Tim Walet Hitam.
Dalam buku itu, dia juga menuliskan sebuah tulisan bagi tim sangat khusus itu dalam satu bab.
"Tim Walet Hitam tidak butuh dikenal, tidak butuh perayaan. Buku yang saya buat ini untuk mereka yang sudah bertugas demi negara," ucap Arif.
Buku setebal 342 halaman itu juga diperuntukkan bagi masyarakat yang ingin mengetahui kronologis dan detail dalam pengungkapan kasus Bom Bali I pada 2002 hingga Bom Bali II pada 2005.
Selain itu, mengetahui sosok Doktor Azhari yang menjadi tokoh penting dalam setiap aksi.
Mantan Kapolda NTB itu menjelaskan bahwa buku itu sekaligus mengungkap kematian sebenarnya Azhari dari wawancara yang dilakukan selama ini.
"Buku ini tanpa daftar pustaka. Semua data, saya peroleh dari wawancara langsung pihak-pihak yang terlibat," ucapnya.
Dia mengaku, dalam proses penulisan sempat terkendala dan berhenti menulis.
Hanya saja, semua pihak termasuk Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan wartawan senior Andy F Noya menyemangati dirinya untuk segera menyelesaikan buku itu.
"Semoga buku ini bermanfaat bagi masyarakat," kata dia menutup wawancara dengan Tribun Bali. (amriyono prakoso)