Gunung Agung Terkini

Pengungsi Gunung Agung di Karangasem Terpaksa Beli Lauk Sendiri, 'Dulu Banyak, Sekarang Menurun'

Untuk seharinya, kata Nengah Ngempon, pengungsi di Banjar Kereteg terpaksa beli lauk-pauk sendiri.

Penulis: Saiful Rohim | Editor: Ida Ayu Made Sadnyari
Tribun Bali/Saiful Rohim
UPT Dinas Pertanian Karangasem mulai dipenuhi pengungsi dari daerah lereng Gunung Agung, Jumat (22/9/2017) 

TRIBUN-BALI.COM, AMLAPURA - Sejumlah lokasi pengungsian di Karangasem tidak mendapatkan logistik lauk-pauk.

Satu di antaranya lokasi pengungsian di Banjar Kereteg, Desa Sibetan, Kecamatan Bebandem, Karangasem dan posko pengungsian di Balai Masyarakat Bebandem, Desa/Kecamatan Bebandem.

Ni Nengah Ngembon (66), pengungsi asal Banjar Dinas Galih, Desa Jungutan, Kecamatan Bebandem, Jumat (1/12/2017), mengatakan, sejak seminggu lalu bantuan lauk-pauk terhambat.

Pengungsi di Banjar Kreteg hanya diberi beras dan air mineral.

Sedangkan bantuan lainnya belum sampai.

"Kalau beras nggak kekurangan. Sekarang yang dibutuhkan lauk-pauk dan logistik lainnya. Sudah satu minggu lebih pengungsi di sini nggak dapat bantuan lauk-pauk," kata Nengah Ngembon ditemui di Desa Sibetan.

Pihaknya berharap, pemerintah segera merespons dan beri bantuan lauk.

Untuk seharinya, kata Nengah Ngempon, pengungsi di Banjar Kereteg terpaksa beli lauk-pauk sendiri.

Setiap hari warga kadang mengeluarkan uang Rp 10 ribu hingga Rp 15 ribu untuk membeli lauk-pauk, seperti membeli beli sayur, mie, tempe, dan tahu.

"Sejak seminggu kita kekurangan logistik," kata Ni Nengah Ngempon.

Hal serupa juga terjadi di Pengungsian Balai Masyarakat Bebandem, Desa Bebandem.

Made Genah, pengungsi asal Banjar Tihingan Seka, Desa Bebandem mengatakan, kekurangan lauk-pauk.

Setiap hari hanya pakai tempe, tahu, dan mie.

Pengungsi memakai uang sendiri untuk beli lauk-pauk.

"Setiap hari mengeluarkan uang untuk beli lauk pauk dan kopi, Rp 20 ribu. Itu untuk 5 orang, istri, tiga orang anak, dan saya. Kopi gula sama sekali tidak ada bantuan. Saat ngungsi pertama bantuan banyak, sekarang menurun," imbuh I Made Genah.

Wayan Sadra, pengungsi asal Tihingan Seka berharap, pemerintah segera memberi bantuan lauk-pauk.

Pengungsi merasa terbebani dengan kondisi seperti ini.

Apalagi pengungsi tak bekerja selama mengungsi.

Tidak ada pendapatan.

Sehingga pengungsi harus berpikir keras untuk beli lauk-pauk tiap harinya.

Untuk diketahui, warga lereng Gunung Agung yang seharusnya mengungsi sekitar 87.300 orang.

Kenyataannya, warga yang mengungsi baru 48.671 orang, tersebar di 228 titik pengungsi di sembilan kabupaten/kota di Bali.

Sisanya masih tinggal di rumah, alias belum mau mengungsi.

Sebelumnya, Kepala Dinas Sosial (Dinsos) Karangasem, Ni Ketut Puspakumari mengelak dengan kondisi itu.

Mantan Kadisdukcapil ini mengaku, logistik yang ada di Posko Utama Tanah Ampo telah didistribusikan ke kecamatan, dan diteruskan ke desa-desa yang dijadikan posko pengungsian.

"Memang kita kekurangan lauk-pauk, tapi sudah dianggarkan. Kalau beras sudah cukup. Logistik yang didistribusikan cukup untuk 3 hari. Seandainya logistik kurang kita ambilkan ke Provinsi," janjinya.

Saat ini logistik yang sisa di Posko Utama Tanah Ampo tinggal beras, dan makanan lainya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved