Sponsor Content
Tampilkan Seni Pertunjukan Yang Berbeda Untuk Melestarikan Budaya Bali
Desa Visesa yang ingin mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada, dengan menampilkan seni pertunjukan yang berbeda
TRIBUN-BALI.COM- Dalam memelihara budaya dan kesenian Bali, Desa Visesa mengajak Sanggar Paripurna Bona menampilkan seni pertunjukan yang berbeda.
Pertunjukan yang mengangkat cerita Siwa Nataraja digelar Desa Visesa di Puri Kantor, Ubud Bali, Rabu (31/1/2018).
Desa Visesa yang ingin mengembangkan dan melestarikan budaya-budaya yang ada, dengan menampilkan seni pertunjukan yang berbeda.
Seni pertunjukan tersebut, merupakan perkembangan antara seni pertunjukan yang ada di Bali pada umumnya.
Dipilihnya Siwa Nataraja sebagai tema pertunjukan karena semua elemen seni terdapat pada tarian tersebut.
Menurut I Nyoman Sugiarta, Direktur Oprasional Desa Visesa menyatakan bahwa Seni pertunjukan Siwa Nataraja merupakan Kesenian Bali yang sudah di kembangkan.
"Pergelaran ini, merupakan pergelarn yang baru. Biasanya seni pertujukan di Bali menampilakan Barong dan Kecak. Kami disini menyatukan pertunjukn tersebut untuk mengundang daya tarik wisatawan di Bali," tuturnya.
Selain itu, Siwa Nataraja akan dipertunjukan 3 Kali dalam seminggu yaitu hari Kamis, Sabtu dan Minggu.
Pertunjukan tersebut, akan selalu berlangsung pada pukul 11.00 Wita hingga selesai.
"Kami akan melaksanakan pertunjukan di siang hari, sehingga beda dari yang lain. Kami membuat ini untuk melihat secara langsung bagaimana melestarikan budaya Bali dan benar-benar kembali ke alam. Selain itu, kami ingin mempersembahkan sesuatu yang baru dan menarik, sehingga tidak muncul hanya kamar atau produk seorang saja,"terangnya.
Garapan seni pertunjukan tersebut merupakan suatu suguhan untuk wisatawan, agara semakin cinta kepada kesenian Bali.
Seperti yang diungkapkan Penggarap Seni, I made Sadia menyatakan bahwa pertunjukan Siwa Nataraja merupakan gabungan dari seni yang ada di Bali.
Melihat dari backround cerita tersebut, digunakanlah cerita Siwa Nataraja.
"Ceritanya, Dewa Siwa saat di dunia tidak seimbang dengan tidak bisa mengontrol emosi. Sehingga banyak kekacauan yang terjadi dalam cerita tersebut," ujarnya.
Dalam Pergelaran tersebut, cerita Siwa Nataraja dikaitkan dengan penomena yang ada di Bali.
Fenomena tersebut saat Gunung Agung mulai erupsi. Banyaknya masyarakat yang panik dan wisatawan ingin pulang ke negaranya.
"Kejadian itu yang membuat ide-ide baru muncul. Bagaimana kita mengembalikan Bali dengan memperlihatkan seni dan budaya,"tuturnya.
Cerita Siwa Nataraja juga dikaitkan dengan sifat manusia yang tidak bisa mengontrol emosi.
Manusia yang tidak bisa mengontrol emosi akan akan seperti binatang atau raksasa.
Emosi akan membuat semua menjadi tidak karuan, sehingga tidak sesuai dengan sifat asli.
"Pada cerita, dewa-dewa menjelma menjadi menjadi penari. Dewa Brahma menjadi topeng merah atau bang, Dewa Wisnu menjadi penari telek dan Dewa Wisnu menjadi Barong. Setelah emosi mereda, secara perlahan akan kembali seperti semula," jelasnya.
Pada pergelaran tersebut juga akan dilaksanakan 2 kali dalam sehari. Pada siang hari akan dilaksanakan pergelaran Siwa Nataraja dan pada sore hari akan digelar pertunjukan Dewi Sri.
Pengunjung yang ingin menyaksikan pergelaran tersebut dikenakan biaya sebesar Rp. 200.000.(*)