Kisah Twice Bar di Balik Sosok Jrx, Kuta Rock City Kembali Bergetar
Penggebuk drum Superman is Dead ini justru bertahan di Kuta -- kampung turis yang dia sematkan sebagai Rock City.
Penulis: Widyartha Suryawan | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Di saat usaha kreatif dan sebagian besar bisnis bar atau cafe di Bali berduyun-duyun melirik Canggu, Jrx bergeming.
Penggebuk drum Superman is Dead ini justru bertahan di Kuta -- kampung turis yang dia sematkan sebagai Rock City.
Sepekan lalu, pesta dua malam digelar untuk menandai dibukanya Twice Bar setelah sempat tutup pada 2016 silam. Kuta Rock City pun kembali bergetar.
Gede Ari Astina, nama lengkap Jrx, mengklaim lokasi Twice yang baru di Jalan Bunisari, Kuta, memiliki energi yang lebih kuat dari lokasi sebelumnya di Jalan Poppies 2, Kuta.
Namun demikian, spiritnya masih sama. Menurut Jrx, di tempat yang sekarang bisa dipastikan 90 persen pengunjungnya mengerti musik.
"Kalau saya sedikit hiperbolis, spiritnya justru lebih kuat dari yang lama dan jauh lebih terfilter. Sedangkan lokasi yang lama, ada bule-bule atau lokal yang gak peduli dengan musik," ujar Jrx, ditemui Tribun Bali di Seminyak, Kuta, Jumat (16/2).
Tidak ingin terjebak dengan trend sesaat menjadi alasan lain Jrx memertahankan Twice Bar di Kuta. Canggu boleh saja sedang nge-hype.
Tetapi, Twice Bar akan tetap lekat dengan Kuta Rock City. Prinsip untuk tidak terjebak dalam banalitas trend mainstream juga diberlakukan Jrx terhadap band maupun bisnis clothing-nya, Rumble.
"Sejak dulu kami tidak pernah tergantung dengan trend, baik di band, bar, maupun clothing. Trend akan cepat hilang, setahun, dua, atau tiga tahun. Tapi, roots will stay forever," imbuhnya.
Jrx juga berkisah ihwal Twice yang memiliki sejarah panjang. Sekitar tahun 1980-an, orang tua Jrx sempat membuat bisnis restoran dengan nama Twice Pub.
Lokasinya persis di lokasi monumen Ground Zero saat ini.
Karena perekonomian Bali lesu setelah Bom Bali I (2002), orang tua Jrx akhirnya meninggalkan bisnis tersebut.
Ayahnya memilih menjadi akademisi dan politisi. Sedangkan ibunya mulai menekuni dunia spiritual dengan menjadi seorang Ida Rsi.
Semenjak itu, Jrx membuka dan mengelola Twice Bar secara mandiri. Namun demikian, ia menampik bila Twice Bar yang dikelolanya saat ini adalah warisan.
Penggunaan nama Twice, kata dia, adalah bentuk penghormatan seorang Jrx terhadap keduanya.
"Mereka tidak mewarisi saya kekayaan atau tanah, atau property. Yang mereka wariskan hanya nama, Twice. Saya menjaga nama itu untuk menghargai mereka yang sejak kecil membesarkan saya; dan secara tidak langsung saya juga dibesarkan oleh nama itu," imbuh Jrx.
Sembari mengangkat gelas berisi bir, Jrx menambahkan Twice adalah tempat di mana manusia diperlakukan setara. Dalam hal ini, Jrx menjadi semacam seorang pejuang kelas.
Tidak heran bila dalam beberapa kesempatan Jrx menyuarakan suara-suara kaum tersisih, baik dalam karya maupun kicauannya di media sosial.
Konsep yang barangkali juga mengilhaminya menulis lagu 'Kita vs Mereka' bagi orang-orang terpinggir.
"Gak peduli turis, gak peduli kamu anak jendral, gak peduli kamu bla bla bla, gak peduli kamu ormas segala macam. Di belakang kulit kekayaan itu, kita semua adalah tengkorak," ucap Jrx menekankan.
Twice Bar kini telah kembali. Kehadirannya mendapat sambutan positif dari penyuka musik indie Bali maupun band-band yang lahir dan besar dari panggung tanpa sekat bernama Twice Bar.
Dalam istilah Jrx, kehadirannya akan tetap menjadi rumah untuk band-band yang kesulitan mencari gigs di bar-bar lain. Kuta Rock City, please don't break my heart again! (*)