Berita Banyuwangi

Melihat Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi yang Diklaim Ramah Lingkungan

Tambang emas Tujuh Bukit Banyuwangi, atau yang lebih dikenal Tumpang Pitu, diklaim merupakan penambangan emas yang ramah lingkungan

Editor: Irma Budiarti
Surya/Istimewa
Suasana penambangan di Tambang Emas Tumpang Pitu Banyuwangi. Proses penambangan diklaim menggunakan metode ramah lingkungan. 

TRIBUN-BALI.COM, BANYUWANGI - Tambang emas Tujuh Bukit Banyuwangi, atau yang lebih dikenal Tumpang Pitu, diklaim merupakan penambangan emas yang ramah lingkungan.

Bagaimana prosesnya?

Tambang Emas Tumpang Pitu, yang berada di Kecamatan Pesanggaran, Banyuwangi, telah menjadi obyek vital nasional berdasarkan surat keputusan Menteri ESDM, No.651/K/30/MEM/2016.

Aset Tumpang Pitu berdasarkan standar Joint Ore Reserve Committe (JORC), memiliki kualitas aset: Estimasi 99 juta ton bijih dengan kandungan rata-rata 0,8 gram emas/ton bijih dan 25 gram perak/ton bijih; 794 juta gram cadangan emas dan 862 miliar gram cadangan tembaga pada lapisan porfiri; 70 juta gram cadangan emas dan 2,2 miliar gram cadangan perak pada lapisan oksidasi; Kapasitas produksi 2,8 juta gram emas dan 136 juta gram perak pertahun.

James Francis, General Manager Operations, PT Bumi Suksesindo (BSI), operator tambang emas Tumpang Pitu, mengatakan, tidak hanya emas dan perak, di Tumpang Pitu juga terdapat tembaga.

Cadangan deposit tembaga diperkirakan setara dengan cadangan deposit batu hijau di Newmont.

"Untuk tembaga masih dalam fase eksplorasi, dibutuhkan waktu sekitar 8 tahun," kata James, Sabtu (14/4/2018) kemarin.

PT BSI telah melakukan proses produksi perdana pada 17 Maret 2017 lalu.

PT BSI mengklaim proses produksi menggunakan metode yang ramah lingkungan, dengan heap leach atau pelindihan.

Berdasarkan standar JORC, proyek pelindihan BSI memiliki sumber daya mineral sebesar 36 juta ton dengan menghasilkn rata-rata 1.03 gram emas per ton dan 22 gram perak per ton.

Menggunakan sistem penambangan manual terbuka konvensional, proyek ini mampu memproduksi 4 juta ton bijih per tahun dengan perkiraan hasil rata-rata 2,8 ton emas dan 136 ton perak per tahun.

Produksi emas Tambang Tumpang Pitu pada 2018 ini diperkirakan sebesar 155.000 - 170.000 oz emas.

BSI melakukan produksi emas pertama pada Maret 2017, dan berhasil mencapai kapasitas produksi penuh pada Kuartal III 2017.

Selama 2017, BSI berhasil memproduksi emas sebanyak 142.468 oz.

Agus Purwanto, General Manager Geologist PT BSI, menjelaskan, metode heap leach dipandang sebagai metode yang jauh lebih aman untuk memproduksi emas, karena tidak melibatkan limbah dan pembuangan tambang.

"Pada proses pelindihan ini, tumpukan ore (bebatuan yang mengandung mineral), ditumpuk di tempat khusus secara sengkedan untuk diluruhkan dengan disiram larutan sianida," kata Agus.

Agus mengatakan, dengan proses ini tidak menghasilkan tailings seperti yang dilakukan di beberapa tambang emas lainnya di Indonesia, karena sianida yang disiramkan akan jatuh dan ditampung untuk digunakan kembali, sehingga tidak mencemari lingkungan.

Doni Roberto, Super Intendent Departemen Lingkungan PT BSI menjelaskan, selain proses produksi pihaknya juga menjaga lingkungan kondisi air, udara, tingkat kebisingan, hingga populasi satwa dan flora.

"Kami ambil sampel air secara periodik untuk diketahui PH nya. Kami juga pasang alat untuk mengetahui tingkat kebisingan dan sebagainya," kata Doni.

Doni mengatakan, untuk kelestarian flora dan fauna, terdapat regulasi karyawan harus segera melaporkan jika menemui satwa yang terancam keselamatannya.

"Kami pernah menyelamatkan hewan kukang langka, dan kami langsung koordinasi dengan balai konservasi. Kami relokasi jauh ke dalam hutan," kata Doni.

Selain itu, tanaman-tanaman asli yang ada di kawasan tambang, menggunakan konsep green mining.

Terdapat tempat persemaian (nursery) sebagai tempat enaka jenis tanaman asli yang nantinya digunakan untuk untuk menghijaukan kembali kawasan tumpang pitu, melalui reklamasi tambang.

Selain itu, menurut Dony, terus dilakukan penghijauan di lahan-lahan kritis, dengan menabur benih atau menanam dari jenis tanaman buah-buahan.

Tanaman itu dipilih sebagai upaya untuk memberikan cadangan makanan bagi satwa yang ada di sekitar kawasan tambang.

"Ini agar satwa tetap betah berada hutan-hutan di sekitar sini," tambah Doni.

Selama poses penambangan, menurut Manajer Corporate Communications, PT Bumi Suksesindo, Teuku Mufizar Mahmud, tidak menggunakan air tanah, namun menggunakan air hujan.

Ketika hujan, air hujan tak akan keluar, karena terdapat dam penampungan yang juga berguna untuk pengendapan sedimentasi.

"Kami tidak mengambil air tanah. Air hujan selama setahun kami tampung. Ada tiga dam yang akan menyaring endapan sedimen sebelum dibuang ke sungai. Sementara dam yang mengandung Sianida tidak dibuang, tapi dipakai kembali untuk pelindihan batuan dan tanah. Sementara untuk pengambilan batuan dan tanah kita sesuaikan kontur agar tidak longsor dan banjir sampai ke lokasi masyarakat atau tempat wisata," jelas Mufizar. (haorrahman)

Sumber: Surya
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA
KOMENTAR

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved