Serba Serbi
Kenali Lebih Dini Jika Terkena Cetik Reratusan, Ini Ciri dan Pengobatannya
Selain crongcong polo, maupun kerikan gangsa, masih banyak cetik (racun) yang dikenal dalam masyarakat Bali.
Penulis: Putu Supartika | Editor: Ady Sucipto
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR- Selain crongcong polo, maupun kerikan gangsa, masih banyak cetik (racun) yang dikenal dalam masyarakat Bali.
Salah satunya adalah cetik reratusan.
Menurut buku Jejak Bhairawa di Pulau Bali yang ditulis oleh Jiwa Atmaja dikatakan bahwa cetik jenis ini adalah cetik berbahaya kedua setelah crongcong polo.
"Tidak disebutkan pusat yang diserang oleh cetik reratusan, tapi dapat diperkirakan bahwa perutlah yang duserang, jika dilihat dari bahan-bahan yang digunakan, yakni reratusan atau campuran," tulis Jiwa Atmaja.
Ciri-ciri orang terkena cetik ini yaitu perut penderita kembung dan muntah darah, batuk-batuk, merasa kedinginan, bila melihat pohon dirasakan bergerak-gerak, bingung seperti orang mabuk, kaki juga dingin, pucat tidak bertenaga, dan kekurangan darah.
Adapun sarana obat yang digunakan yaitu daun sirih tua, bawang dibakar, gula, air kelapa mulung yang muda, lalu diminum.
Sementara dalam buku Leak Ngamah Leak karya Mangku Alit Pakandelan (I Wayan Yendra) ciri-ciri terkena cetik reratusan yaitu tampak seperti orang bodoh, diam membisu (apatis).
Untuk mengobatinya menurut buku ini yaitu dengan minum campuran kembang sepatu putih, kelembak kasturi, sari kuning ditambah air, obat lulur dari daun mangga muda. (*)