Kerusuhan di Mako Brimob Kelapa Dua

Nyawa Bripka Iwan Dibarter Nasi Bungkus, Berhasil Dibebaskan Usai Disandera 29 Jam

Polri berhasil menaklukkan sebanyak 155 teroris yang menyandera dan membunuh lima polisi saat kerusuhan di Mako Brimob

Editor: Irma Budiarti
Tribunnews
Kerusuhan Mako Brimob 

TRIBUN-BALI.COM, DEPOK - Bripka Iwan Sarjana yang sempat disandera hampir 29 jam oleh narapidana teroris akhirnya dapat merasakan kembali udara bebas.

Para narapidana teroris yang menghuni Rutan Mako Brimob, Depok, Jawa Barat, membebaskan Iwan dalam keadaan selamat setelah dibarter dengan 150 nasi bungkus.

Baca: Dipindah ke Nusakambangan, Napi Teroris Tersenyum Dilayar

Baca: Unggahan Krishna Murti Ungkap Napi Teroris Injak Kepala Polisi dari Sepatu yang Dipakai

Baca: VIDEO Polisi Suapi Makanan untuk Napi Teroris yang Dipindah ke Nusa Kambangan Ini Bikin Campur Aduk

Polri pun berhasil menaklukkan sebanyak 155 teroris yang menyandera dan membunuh lima polisi saat kerusuhan di Mako Brimob.

Proses penanggulangan itu berlangsung selama 36 jam sejak Selasa, 8 Mei 2018, malam.

Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Pol Setyo Wasisto mengatakan, Bripka Iwan berhasil dibebaskan oleh sandera sekira pukul 00.00 WIB atau pukul 01.00 Wita, Kamis (10/5).

"Berhasil dibebaskan dalam keadaan hidup, langsung dibawa menuju Rumah Sakit Polri untuk mendapatkan perawatan," kata Setyo kepada awak media, kemarin.

Setyo mengatakan, Bripka Iwan mengalami luka-luka di beberapa bagian tubuhnya, karena dianiaya oleh narpidana yang menyanderanya.

"Wajahnya mengalami beberapa luka lebam dan memar," terangnya.

Lebih jauh Setyo menjelaskan Bripka Iwan berhasil dibebaskan usai tim negosiator berhasil membujuk narapidana teroris dengan makanan.

"Mereka meminta makanan, maka kita bujuk mereka untuk membebaskan Iwan dan mereka mau," kata Setyo.

Tercatat kata Setyo ada 150 nasi bungkus yang dikirim melalui tim negosiator.

Cara mendistribusikan makanan yaitu dengan meminta bantuan tim negosiator dengan membuat perjanjian.

"Ada perjanjian yang dilakukan tim negosiator, ketika sedang kirim makanan agar jangan ditembak, karena mereka memiliki senjata," ujar Setyo.

Saat ditanya, menu makanan apa yang diminta oleh narapidana teroris, Setyo enggan menjelaskan lebih lanjut.

"Untuk makanan dan lauknya belum bisa kami jelaskan, yang jelas berupa nasi dan lauk pauknya," kata jenderal bintang dua ini.

Usai Bripka Iwan Sarjana dibebaskan, beberapa kendaraan taktis Polri seperti Baracuda masuk ke dalam Mako Brimob.

Tribun sempat memperoleh foto detik-detik Iwan saat dievakuasi oleh tim Polri.

Dari foto yang diperoleh, Iwan tampak mengenakan jaket warna cokelat dan kemeja batik.

Dia dipapah oleh dua orang.

Meski tampak bisa berjalan, wajah Iwan terlihat babak belur.

Tidak lama berselang Baracuda masuk sekitar pukul 01.15 WIB dari arah Jalan Raya Bogor.

Saat masuk ke dalam Mako Brimob, Baracuda tersebut menyalakan sirene.

Ketika itu napi teroris masih menguasai Rutan Mako Brimob.

Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigadir Jenderal Muhammad Iqbal menyebut, keterangan Bripka Iwan sangat penting terkait kerusuhan dan penyanderaan di dalam Mako Brimob.

"Menjadi penting bagi penyidik untuk mendapatkan keterangannya (Iwan Sarjana)," kata M Iqbal.

Ia menyampaikan saat ini Polri baru melakukan tahap awal penelitian terkait insiden yang menewaskan lima anggota kepolisian serta satu narapidana terorisme itu.

Menurut dia, dengan adanya keterangan dari Bripka Iwan, yang menjadi salah satu saksi mata penyerangan terhadap para korban, maka kelak lebih banyak lagi informasi yang akan terbuka dan dapat digali terkait kejadian nahas tersebut.

Hanya saat ini kondisi Iwan belum memungkinkan untuk dimintai kesaksian.

"Saat ini masih dilakukan perawatan terhadap rekan kami, Iwan Sarjana. Doakan saja semoga yang bersangkutan sehat," tutur mantan Kapolrestabes Surabaya itu.

Ketika dikonfirmasi soal rumah sakit tempat Iwan dirawat, Iqbal menolak menjawab.

Ia juga tidak menanggapi pertanyaan wartawan yang mencoba mengonfirmasi keberadaan Iwan Sarjana, yang diduga dirawat di Rumah Sakit Polri Kramat Jati, Jakarta.

"Dia di rumah sakit," jawabnya singkat.

Selain Bripka Iwan, ternyata di dalam Mako Brimob saat terjadi kerusuhan ada seorang bayi.

Setyo menjelaskan bayi itu merupakan anak salah seorang tahanan.

Bayi itu belum lama ini dilahirkan di rumah sakit dan kini dirawat ibunya di Mako Brimob.

"Ya dia (ibunya) di tahanan," ujar Setyo.

Selain itu, ada juga polisi wanita (polwan) yang menjadi korban sandera dan perlakuan keji para napi teroris.

Polisi wanita ini mengalami sejumlah luka pada wajahnya.

Bahkan giginya habis dihajar oleh narapidana teroris yang notabenenya laki-laki.

Sempat Kuasai Bom

Komandan Korps (Dankor) Brimob Irjen Rudy Sufahriadi mengatakan, para napi teroris yang melakukan pemberontakan di Rutan Cabang Salemba di Kompleks Mako Brimob sempat menguasai bom.

Bom itu dipakai mereka untuk ranjau namun kemudian diledakkan oleh tim Gegana.

"Saya hanya melakukan penindakan. Bahwa saya akan melakukan penindakan. Jadi tadi itu dilakukan penindakan. Suara ledakan itu adalah bridging untuk meledakkan tembok, untuk menjatuhkan tembok karena patut diduga dan mereka juga sudah sampaikan bahwa mereka menyimpan bom-bom," kata Rudy.

"Bom-bom itu didapat adalah barang bukti yang kemarin-kemarin disita itu belum sempat digudangkan oleh penyidik Densus di ruang pemeriksaan. Itu yang mereka ambil lagi, itu yang mereka rebut lagi. Itulah yang dijadikan bahan bom buat ranjau di sini dan sudah kita ledakkan semua," lanjut dia.

Rudy menyatakan ada cukup banyak bom yang direbut para napi.

Namun dia tidak menjelaskan detailnya.

Suara ledakan sendiri adalah suara ledakan yang dilakukan aparat saat meledakkan tembok dan suara ledakan bom yang diledakaan yang sebelumnya dikuasai napi.

"Tahanan tidak ada yang terluka," ujarnya.

Sementara Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Polhukam) Wiranto menjelaskan, narapidana teroris merampas 30 pucuk senjata dari polisi saat kerusuhan dan penyanderaan di Mako Brimob.

Seluruh senjata itu akhirnya diserahkan saat 145 dari 155 narapidana teroris menyerahkan diri usai diultimatum oleh polisi.

Mereka diultimatum dan diberi pilihan, menyerah atau diserbu.

"Aparat keamanan sebelum melakukan tindakan, lebih dulu memberikan ultimatum. Jadi bukan negosiasi. Jangan salah diartikan bahwa kita bernegosiasi," kata Wiranto di Mako Brimob, Kamis kemarin.

Mantan Panglima TNI itu menjelaskan melalui ultimatun tersebut, para tahanan kemudian diberikan pilihan, menyerahkan diri atau menerima risiko akibat serbuan yang akan dilakukan aparat.

"Ultimatum ini dengan batas waktu tertentu sampai mereka menjawab, bukan kita ulur-ulur," katanya.

Setelah diberikan ultimatum, dari total 155 tahanan yang ada di Mako Brimob Kelapa Dua, sebanyak 145 orang menyerah tanpa syarat sebelum fajar pada Kamis pagi.

"Kita minta satu-persatu keluar dari lokasi dan tidak ada negosiasi apalagi tawar-menawar," jelas Wiranto.

Kemudian, ada 10 tahanan yang menolak menyerah, sehingga polisi melakukan serbuan ke lokasi tempat tahanan tersebut berkumpul.

"Dengan tembakan, bom, granat asap, granat air mata, ternyata 10 teroris yang tersisa menyerah. Dengan demikian lengkap 155 tahanan teroris telah menyerah kepada aparat keamanan Indonesia," tutur dia.

Menko Polhukam mengklaim tindakan polisi terhadap tahanan di Mako Brimob itu merupakan hasil keputusan rapat koordinasi yang dilaksanakan para aparat keamanan dengan pemangku kepentingan.

Ia juga menambahkan bahwa penyerbuan pada Kamis pagi tersebut sudah sesuai dengan standar operasional internasional.

Dan, dipastikan tidak ada korban jiwa saat dilakukan penyerbuan.

Negara Tak Takut

Terpisah, Presiden Joko Widodo menegaskan negara tidak takut terhadap terorisme.

"Negara dan seluruh rakyat tidak pernah takut dan tidak akan pernah memberi ruang kepada terorisme dan upaya-upaya yang mengganggu keamanan negara," kata Jokowi dalam jumpa pers di Istana Bogor, Jawa Barat, Kamis (10/5/2018).

Jokowi didampingi Wiranto, Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto, Kepala Badan Intelijen Negara Budi Gunawan, Wakil Kepala Polri Komjen Syafruddin, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Suhardi Alius, Komandan Korps Brimob Irjen Rudy Sufahriadi, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung. 

Jokowi mengucap syukur karena seluruh narapidana terorisme yang melakukan penyanderaan di Mako Brimob sudah menyerahkan diri.

Dia juga berterima kasih kepada para aparat.

"Terima kasih sebesar-besarnya atas nama rakyat dan negara kepada seluruh aparat keamanan yang terlibat menyelesaikan peristiwa ini," ucapnya.

Jokowi juga menyampaikan duka mendalam atas gugurnya lima anggota kepolisian dalam peristiwa ini.

"Semoga keluarga diberi ketabahan," ujarnya. (tribun network/dwi/rio/wly)

Sumber: TribunStyle.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved