Pewarna Tekstil pada Makanan Beredar di 8 Pasar, BBPOM Lakukan Uji Kandungan

Mulai 18 Mei hingga 5 Juni 2018 petugas dari BBPOM menguji puluhan jenis makanan yang dijual di pasar tradisional di Bali

Penulis: Busrah Ardans | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/M Ulul Azmy
Staf BBPOM Denpasar menunjukkan hasil uji rapid test sejumlah sampel bahan makanan usai sidak mamin di Pasar Kreneng, Senin (21/5/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Selama tiga pekan mulai 18 Mei hingga 5 Juni 2018 petugas dari Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) menguji puluhan jenis makanan yang dijual di pasar tradisional di Bali.

Hasilnya, ditemukan bahan berbahaya seperti formalin dan pewarna tekstil yang dipakai untuk bahan makanan.

Pengujian bahan makanan ini dilakukan BBPOM Denpasar dalam rangka hari Raya Galungan dan Kuningan serta puasa dan Hari Raya Idul Fitri.

Ada delapan pasar yang disasar, yakni Pasar Kreneng, Pasar Badung, Pasar Biaung, Pasar Buleleng, Pasar Anyar, Pasar Tegal Cangkring, Pasar Negara, dan Terminal Mengwi.

Hasil pengujian produk di delapan pasar didapati produk formalin dan pewarna tekstil juga boraks yang terkandung di makanan seperti teri medan di Pasar Badung, jaje begina di Pasar Kreneng dan sejumlah makanan lain di delapan pasar berbeda.

Kepala BBPOM Denpasar I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, mengatakan ada delapan pasar yang diawasi dan telah mengambil 75 sampling makanan.

"Dari total 75 sampling, sementara yang tidak memenuhi syarat ada 58 persen atau ada 44 produk seperti teri medan, jaje begina, jaje uli yang ditemui di Pasar Badung. Sementara yang terbaru jaje giling, bijik di Terminal Mengui dan beberapa lainnya. Masing-masing ada yang mengandung formalin, rhodamin B atau pewarna tekstil," katanya, Kamis (7/6/2018).

Data BBPOM Denpasar, kandungan 8 Rhodamin B atau pewarna tekstil terdapat pada produk pangan seperti terasi, jaje uli, jaje begina, gipang, bendu, jaje matahari dam reta.

Sampel yang diambil pada Pasar Anyar itu sebagai produk yang disampling berjumlah 18 buah, terdiri atas roti kukus, jaje begina dan biji. Tercatat yang tidak memenuhi syarat (TMS) ada 50 persen atau sekitar 9 buah.

Sementara Pasar Negara dengan produk sampling yang sama dengan jumlah 40 buah tercatat ada 9 sampel yang tidak memenuhi syarat atau sekitar 22,50 persen.

Sedangkan ada 5 nama produk pangan yang mengandung 7 Rhodamin B yakni matahari pink, uli mentah, jaja gina mentah pink, uli merah.

Temuan terbanyak berada di Pasar Kreneng, ada 7 sampel produk yang TMS atau sekitar 25 persen.

Sementara nama produk pangan yang mengandung formalin dan Rhodamin B yakni teri medan, sidang, apem merah muda, jaje begina, apem merah kecil, jaje begina, jaje matahari.

Kemudian di Pasar Badung ada 20 produk yang disampling terdiri atas ikan asin dan jaje mendapati 4 nama produk pangan seperti teri medan, jaje uli, jaje begina, dan gipang yang mengandung 1 formalin dan 4 Rhodamin B.

Artinya ada 25 persen yang tidak memenuhi syarat atau 5 produk pangan.

Selebihnya BBPOM juga melakukan sidak di Pasar Biaung dan mendapati 5 nama produk pangan yang mengadung 2 Formalin dan 6 Rhodamin yakni teri medan, sidang, terasi, jaje uli, jaje begina.

Sementara jumlah produk yang disampling ialah ikan asin dan jaje dengan jumlah 11 produk dan yang TMS ada 8 produk atau 72 persen.

Berikutnya ada pasar Tegal Cangkring, didapati 1 nama produk pangan yaitu Jaja Putu yang mengandung 1 Rhodamin B dari 10 sampling atau ada 1 yang TMS.

Juga pasar Buleleng ditemukan tiga nama produk yakni Bijik Merah, Jaje Begina, Jaje Begina coklat titik merah yang mengandung 3 Rhodamin B pada 6 samplingn yang diuji.

Artinya ada 3 atau 50 persen dari sampling.

Terakhir Terminal Mengui didapati dua nama produk yakni Jaje giling (jaje Bali) dan Bijik yang mengandung 7 Rhodamin B pada dua sampling yang secara total diambil 21 produk, atau ada 9,5 persen dari total sampling. 

Sudah Ada Penurunan

Kepala BBPOM Denpasar I Gusti Ayu Adhi Aryapatni, mengatakan temuan pelanggaran ini jika dibanding dengan penelitian sebelumnya mengalami penurunan.

Hanya saja dia tidak menyebut angka penurunan tersebut.

"Ada penurunan yang sudah sangat signifikan. Di sisi lain ada juga peningkatan kesadaran masyarakat dalam mendistribusikan pangan." lanjutnya.

Selebihnya dirinya bersama tim selalu melakukan edukasi, terlebih bahan-bahan tersebut sangat berbahaya untuk tubuh. (bus/can)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved