Liputan Khusus

Kisah Pengakuan Mantan Pecandu, Agus Justru Makin Banyak Kenal Narkoba di RSJ

Bahkan, banyak narkoba jenis baru yang ia kenal setelah bergaul dengan teman-temannya di RSJ

Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Ady Sucipto
KOMPAS.com
Ilustrasi 

"Saya bersyukur sekali kenal dengan Yakeba ini. Akhirnya bertemu teman yang benar-benar saling support," ucap Broklin, yang kini dipercaya sebagai salah satu konselor di Yakeba bersama 15 teman-temannya yang juga mantan pecandu narkoba.

Masih banyak kisah menyedihkan dialami Broklin yang tak bisa ia sampaikan satu per satu hingga akhirnya lepas dari jerat narkoba. "Sepertinya mati saja saya belum pernah dulu," tandasnya.

Program Narkotik Anonimus

Pengalaman pahit juga dituturkan oleh mantan pecandu narkoba kelas berat, Dudy Rohadi. Pria asli Sulawesi yang sejak lahir tinggal di Denpasar ini juga mengenal narkoba sejak duduk di bangku kelas dua SMA tahun 1989.

Awal mula Dudy terjerat narkoba karena pergaulan pemabuk. Minimnya informasi tentang narkoba kala itu membuat Dudy akhirnya menjadi pecandu narkoba kelas berat.

"Awalnya karena pergaulan alkohol dan lingkungan yang dekat dengan hiburan malam di Sanur," tutur pria yang kini berusia 44 tahun ini.

Meski sering jatuh tabrakan akibat mabuk alkohol, Dudy kala itu tetap terjerumus di lubang kelam.

Rasa penasarannya terhadap obat-obat yang sedang tren waktu itu seperti pil koplo, benzodia, metadon, dan nipam tak terbendung.

"Lama-lama meningkat penggunaan narkoba saya. Dari alkohol, benzodia, terus ke heroin (putau) hingga ekstasi dan sabu-sabu,"  ungkap pria yang kini sudah berhenti menjadi penguna narkoba sejak 2008 silam.

Sebelum dirinya berhasil berhenti menjadi pengguna, dan bekerja di Yayasan Kasih Kita (Yakita) Bali, Dudy sempat pula mengalami masa-masa yang teramat berat dalam hidupnya.

Pengalaman sakau sudah biasa ia alami. Demi bisa memenuhi kebutuhan zat adiktif, Dudy bahkan dulunya rela menggadaikan alat penghalus aspal demi bisa mendapatkan paket narkoba.

"Waktu itu, saking sakitnya tidak tahan saya . Karena kehabisan akal, saya ambil mesin penghalus aspal di gang, saya bawa ke bandarnya biar dapat barang. Sampai kaget bandarnya, karena dia kasihan sama saya, dikasih gratis akhirnya, begitulah kebatilan," tutur pria yang sempat berkali-kali melakukan aksi kriminal akibat kecanduan narkoba.

Selama tahun 2000 sampai 2004, Dudy sempat berhenti menjadi pengguna narkoba. Rasa sakit dan tidak bisa tidur ia lalui selama tiga bulan demi bisa berhenti terjerat zat berbahaya tersebut.

Namun apes, keteguhan hatinya cuma bertahan empat tahun. Setelah 2004, Dudy kembali terjerumus sehingga akhirnya ia dikenalkan dengan program narkotik anonimous atau program 12 langkah di Yakita Bali.

"2008 itu saya menyerah. Saya ikuti program narkotik anonimus itu. Awalnya saya tidak mengerti dan bertanya-tanya ini agama apa lagi dikenalkan kepada saya, tapi lama-lama akhirnya ketemu titiknya, sampai sekarang mudah-mudahan saya masih bisa," ujar Dudy. (win)

Selengkapnya simak video di bawah ini : 

Sumber: Tribun Bali
Halaman 4 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved