Abu Janda Ceritakan Dugaan Mahar Rp 500 Miliar ke PKS dan PAN, Hingga Singgung Tommy Soeharto

Abu Janda mengungkapkan, punya informasi yang cukup mengejutkan soal dugaan mahar politik dari bakal cawapres Sandiaga Uno.

Editor: Rizki Laelani
istimewa
Permadi Arya alias Abu Janda 

TRIBUN-BALI.COM, JAKARTA - Abu Janda Ceritakan Dugaan Mahar ke PKS dan PAN, Hingga Singgung Tommy Soeharto

Aktivis media sosial Permadi Arya alias Abu Janda kembali bikin heboh lagi.

Abu Janda mengungkapkan, punya informasi yang cukup mengejutkan soal dugaan mahar politik dari bakal calon wakil presiden (cawapres) Sandiaga Uno.

Abu Janda itu menyampaikan lumayan detil mengenai informasi yang didapatkan soal mahar tersebut.

Informasi seputar mahar senilai Rp 500 miliar ini sebelumnya mencuat setelah ada pernyataan Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief.

Abu Janda mempertegas kembali informasi mahar dimaksud yakni diduga untuk pencalonan anggota legislatif dari PKS dan PAN.

Dalam cuitannya pada akun Twitter @Sentor_AbuJanda, Rabu 22 Agustus 2018, sebagaimana dikutip Kamis 23 Agustus 2018, Permadi Arya menyebutkan hal tersebut.

Dia menyebut sejumlah nama dan aliran duit yang diduga mahar itu. Dia pun menyinggu soal Tommy Soeharto yang awalnya kurang sesuai dengan apa yang terjadi.

Benarkah tudingan itu?

Tribunnews.com telah mengkonfirmasi ke Juru Bicara PKS Mardani Ali Sera namun hingga Kamis (23/8/2018) belum ada jawaban.

Sebelumnya, baik kubu PKS atau PAN membantah adanya mahar itu.

Calon wakil presiden Sandiaga Uno juga membantah setor mahar Rp 1 triliun kepada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Amanat Nasional (PAN).

"Sangat tidak benar," ujar Sandiaga di Mal One Belpark, Jakarta Selatan, Minggu (12/8/2018).

Sandiaga mengatakan, pemberitaan yang menyebut dirinya mengeluarkan uang itu salah.

Sebelumnya, nama Abu Janda cukup dikenal sebagai yang rajin memakai media sosial.

Nama Abu Janda mencuat seusai muncul video parodinya yang memerankan tokoh teroris ISIS Abu Jandal.

Baru-baru ini Abu Janda diundang dalam sebuah acara di televisi.

Dalam acara itu, Abu Janda menilai perang antara kubu pemerintah dan oposisi sudah berlangsung setelah Pemilu Presiden tahun 2014.

Baca: Jangan Tergoda Ingin Tahu, Fakta Ini Akibatkan 6 Ribu Gempa Sudah Terjadi di Indonesia dalam Setahun

Baca: Daftar CPNS 2018, Ini Jawaban Resmi BKN atas Pertanyaan dan Keluhan Para Pendaftar Tahun Ini

Baca: Luis Milla Angkat Koper? Ini Catatan Selama Tangani Timnas Indonesia

Dia mengaku hadir untuk menangkis buzzer anti-pemerintah.

Hal tersebut ia sampaikan dalam acara Indonesia Lawyer Club (ILC) pada Selasa (21/8/2018), dengan tema Kampanye Belum, Perang Socmed Sudah Dimulai'.

Abu Janda berpendapat, dia hadir karena menangkis buzzer anti-pemerintah.

Ia pun menyayangkan langkah para buzzer anti-pemerintah yang mendiskreditkan pemerintah dengan hoaks dan ujaran kebencian.

"Saya bisa eksis karena menangkis buzzer anti-pemerintah."

"Bahwa buzzer ini sudah membangun opini dan narasi dengan upaya mendiskreditkan pemerintah menggunakan hoaks dan hate speech," kata Abu Janda.

Dilansir dari Tribun Wow, Ia pun membeberkan beberapa isu hoaks yang selama ini dihembuskan, satu di antaranya soal kebangkitan PKI.

Menurutnya, isu kebangkitan PKI adalah hoaks, sebab jika benar ada maka TNI Polri pasti akan bertindak.

"Hampir setiap bulan menangkap teroris. Ini polisi dan TNI punya wewenang menangkap PKI."

"Tidak ada anggota PKI ditangkap. Kalau percaya ada 15 juta PKI, sama saja menghina kedua institusi negara," katanya.

Ia juga mengatakan isu soal Presiden Joko Widodo yang disebut raja utang merupakan hoaks.

Menurutnya, sebelum pemerintahan Jokowi utang Indonesia sudah mencapai Rp 3.700 triliun.

“Utangnya Pak Jokowi juga jelas membangun infrastruktur, bukan mangkrak," katanya.

Isu lain yang ia sebut hoaks adalah isu mengenai banyaknya tenaga kerja asing (TKA) di Indonesia dan rezim pemerintahan Jokowi adalah anti-Islam.

Padahal, kata Abu Janda, isu maraknya TKA sudah dibantah oleh Kementerian Tenaga Kerja.

Reaksi narasumber lainnya saat Abu Janda jelaskan asal mula nama Kampret.

Hal lain soal yang disampaikan oleh Abu Janda dalam ILC adalah soal kriminalisasi terhadap ulama.

Terkait kriminalisasi ulama, Abu Janda menyebut hal tersebut adalah hoaks.

"Itu gara-gara ada satu ustaz yang melakukan kriminal, padahal cuma satu ustaz, dan 10 ribu ustaz aman," ujar Abu Janda.

Ia pun bercerita mengenai maraknya perang di media sosial selama empat tahun ini.

Bahkan, sebutan cebong untuk pendukung Jokowi dan kampret sebutan pendukung oposisi dibuat melalui media sosial.

"Itu asal-muasal cebong karena, maaf ya, Pak Jokowi disebut Jokodok, dan anaknya disebut cebong," katanya.

Sejurus kemudian, moderator acara tersebut, Karni Ilyas menanyakan kepada Abu Janda mengenai sejarah nama "Kampret".

"Nama kampret itu dari siapa?" tanya Karni Ilyas.

Mendapatkan pertanyaan itu, secara spontan Abu Janda memberikan jawaban.

"Ah kalau itu saya kurang ngerti,"jawab Abu Janda.

Jawaban Abu Janda itu kemudian membuat seisi studio menjadi tertawa.

Mengetahui reaksi narasumber lainnya yang menertawakan jawabannya, Abu Janda kemudian melanjutkan jawabannya itu.

"Maksud saya gini bang, saya kurang ngerti siapa yang memulai tapi saya tahu kenapa kampret yang dipilih."

"Karena kampret kan tidurnya kebalik, jadi otaknya kebalik, mikirnya kebalik, akalnya kebalik. Pak Jokowi bagus dibilang jelek," ujarnya.

Ia tak memungkiri bahwa kedua pihak, pendukung pemerintah Jokowi dan oposisi, banyak menebar hoax di media sosial selama empat tahun terakhir.

Maka seharusnya polisi bertindak tegas, apalagi saat ini sudah memasuki tahap Pilpres yang makin parah penyebaran hoax di media sosial. (*)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul "Abu Janda Beberkan Sejarah Dugaan Mahar ke PAN dan PKS" (Klik Link)

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved