Liputan Khusus
Jadi Waria karena Panggilan Jiwa, Pernah Dapat Penghasilan Sampai Rp 15 Juta per Bulan
Dari pengakuannya, Melani sudah 15 tahun mangkal di kawasan Bung Tomo. Mengapa Melani bisa terjerumus sebagai waria?
Penulis: I Wayan Erwin Widyaswara | Editor: Irma Budiarti
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Dini hari sekitar pukul 04.20 WITA, sepanjang Jalan Bung Tomo, Ubung, Denpasar, begitu sunyi, Rabu dua pekan lalu.
Lampu-lampu penerang jalan tak menyala.
Baca: 4 Lokasi Mangkal Waria di Denpasar dan Pengakuan Sejumlah Waria Tentang Kehidupannya
Baca: Kisah Gek Mawar Hingga Akhirnya Memutuskan Jadi Transgender
Warung-warung kecil yang berderet hampir semua tertutup rapat.
Namun di tengah kesunyian itu, ternyata masih ada sejumlah orang dengan pakaian seksi, makeup tebal, dan rambut panjang yang duduk-duduk di atas motor di pinggir jalan seraya menghisap rokok.
“Hai, mau ke mana, sini..,” sapanya dengan nada menggoda sembari melambaikan tangan ketika Tribun Bali melintas di depannya.
Tribun Bali pun berhenti dan mendekati “makhluk-makhluk seksi” yang merupakan wanita pria (waria) tersebut.
Sejumlah waria memang tiap hari mangkal di kawasan Bung Tomo dari malam hingga dini hari.
Satu di antaranya adalah Melani --bukan nama sebenarnya.
Dari pengakuannya, Melani sudah 15 tahun mangkal di kawasan Bung Tomo.
Mengapa Melani bisa terjerumus sebagai waria?
Melani mengaku dirinya sejak kecil sudah berjiwa wanita.
Waktu kecil, ia senang bermain boneka dengan teman wanitanya.
Melani adalah keturunan orang kaya di Surabaya, Jawa Timur.
Hal ini menyebabkan dirinya cenderung hidup manja dan foya-foya.
Dari SMA, kehidupan Melani sudah akrab dengan dunia malam.