Liputan Khusus

Kisah Gek Mawar Hingga Akhirnya Memutuskan Jadi Transgender

PSK Waria ini juga menggunakan aplikasi line dan wechat untuk mendapatkan tamu

Penulis: Ni Ketut Sudiani | Editor: Irma Budiarti
Kompas.com
Ilustrasi 

Orang tua dan saudara-saudaranya akhirnya perlahan mau menerima dia apa adanya, terlebih saat dia sudah mulai bergabung dengan sanggar tari dan rajin ngayah.

Sanggar tari yang diikutinya khusus untuk laki-laki.

Apabila sembahyang ke pura umum, Mawar menggunakan pakaian adat perempuan.

Sedang ke pura milik keluarga (merajan), dia memakai pakaian semi laki-laki.

“Ya, karena tidak enak dengan leluhur juga. Jadi para waria di Bali, rata-rata tidak ada juga yang ganti kelamin karena masih takut dan nanti diri kita sendiri yang bingung di sananya. Aku masih percaya dengan leluhur dan tradisi,” terangnya.

Aktif Menari

Hingga kini Mawar masih aktif menari di sanggar-sanggar dan di acara tertentu.

Ia juga sering diundang untuk menari joged.

Begitu pula jika ada upacara adat, dia rajin ngayah.

Mawar selama ini dikenal sangat jago membawakan tari Legong, yang klasik sekalipun.

“Syukurnya keluarga sudah bisa menerima aku apa adanya. Mereka melihat sisi positifnya aku sebagai penari. Kalau di masyarakat, memang masih ada yang pro dan kontra,” tambahnya.

Saat menerima job menari, biasanya dia diupah antara Rp 300 ribu sampai Rp 500 ribu.

Pekerjaan dunia malam yang dijalani Mawar ternyata bukan hanya sekadar untuk mendapatkan uang.

Karenanya, tak seorang pun dari keluarganya yang tahu dia mengambil jalan ini.

Sebagai transgender, dia merasa agak kesulitan untuk memenuhi kebutuhan seksualitasnya.

Sumber: Tribun Bali
Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved