Patahkan Stigma Kawasan Penuh Sampah, Pemuda Yeh Tengah Bentuk Relawan Kebersihan

Kondisi lingkungan yang penuh sampah, dinilai mencoreng citra pariwisata Bali yang berbasis alam dan budaya

Penulis: I Wayan Eri Gunarta | Editor: Irma Budiarti
Tribun Bali/I Wayan Eri Gunarta
Aktivitas pembersihan lingkungan dari sampah plastik yang dilakukan YCC, Senin (5/11/2018). 

TRIBUN-BALI.COM, GIANYAR - Banjar Yeh Tengah, Desa Kelusa, Payangan merupakan jalur pariwisata Tegalalang.

Namun kondisi lingkungan relatif memperihatinkan.

Sampah plastik hampir tergeletak di setiap sudut banjar.

Mulai dari gorong-gorong, kawasan hijau hingga sungai.

Kondisi ini kerap menyebabkan banjar tersebut mengalami banjir saat musim hijan.

Dan, kondisi lingkungan yang penuh sampah, dinilai mencoreng citra pariwisata Bali yang berbasis alam dan budaya.

Pandangan negatif yang disematkan pada banjar ini, membuat kaum pemuda setempat jengah.

Mereka pun berkumpul, menuangkan gagasan untuk mematahkan stigma negatif tersebut.

Lahirlah, pemuda peduli lingkungan yang tergabung dalam Yehtengah Clean Community (YCC).

Aksi perdana dilakukan dengan memungut sampah di seputaran banjar, Senin (5/11/2018) sore.

Dimana aksi ini didukung penuh prajuru banjar, perangkat desa, dan Trash Hero Bali, yang selama ini konsisten melakukan pembentukan relawan kebersihan di setiap banjar di Bali.

Ketua  YCC, I Made Lama mengatakan, pihaknya jengah terhadap keberadaan sampah yang memberikan beragam dampak negatif di banjarnya.

Mulai dari masalah kesehatan dan stigma di dunia pariwisata.

Dia tak menampik, sampah yang mencemari lingkungannya disebabkan kurang pedulinya masyarakat terhadap bahaya lingkungan.

“Sampah dibuang ke sungai, selokan, bahkan dimana dia usai makan, di situ sampahnya dibuang,” ujarnya.

Minimnya kesadaran akan kebersihan ini mengakibatkan infrastruktur penanganan sampah, seperti tong sampah, yang seharusnya bisa disediakan sendiri oleh masing-masing warga, menjadi barang yang sangat langka.

“Ada berbagai faktor yang menjadikan banjar kami rawan sampah. Mereka (masyarakat) bukannya tak tahu sampah itu berbahaya, tapi memang kesadarannya masih minim. Selain itu kami juga mendapat sampah kiriman melalui sungai dari desa tetangga,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dihimpun, sampah plastik yang berhasil dikumpulkan para reawan ini relatif ‘mencengangkan’.

Hanya dalam jarak beberapa langkah saja, sampah yang terkumpul sudah mencapai 1 karung beras.

Pihaknya berharap, terbentuknya YCC dan aksi nyata yang dilakukan bisa menggerakkan masyarakat supaya menjaga lingkungan.

Ketua Yayasan Trash Hero Indonesia, I Wayan Aksara mengaku bersyukur saat ini banyak generasi muda di setiap banjar yang mulai peduli terhadap lingkungan.

Pihaknya berharap komunitas-komunitas kebersihan yang terbentuk, fokus pada aksi kebersihan dan jangan sampai ditumpangi kepentingan politik ataupun finansial.

Sebab hal tersebut rentan memecah komunitas.

“Pemuda harus bangkit, kita harus memerangi permasalahan lingkungan. Jangan bangga jadi nak Bali, jika kita justru merusak Bali dengan tidak menjaga kelestarian lingkungannya,” tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved