Serba Serbi
Gempa Kamis Kliwon Pertanda Apa? Begini Maknanya Menurut Lontar Palelindon
Jika dilihat dari kacamata tradisi Bali, gempa yang mengguncang Lombok pagi tadi terjadi Kamis (Wraspati) Kliwon
Penulis: Putu Supartika | Editor: Irma Budiarti
Laporan Wartawan Tribun Bali, I Putu Supartika
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Kamis (6/12/2018) pagi, Lombok dan Bali diguncang gempa bumi tektonik berkekuatan 5,7 SR.
Sebagaimana rilis dari BMKG, gempa berkekuatan 5,7 SR ini kemudian dimutakhirkan menjadi 5,3 SR.
Jika dilihat dari kacamata tradisi Bali, gempa ini terjadi Kamis (Wraspati) Kliwon.
Menurut Dosen Bahasa Bali Unud, Putu Eka Guna Yasa gempa ini merupakan pertanda buruk.
"Menurut lontar palalindon, gempa pada sasih kanem, Ida Bhatara Nayana beryoga sehingga sebagai pertanda tidak baik," kata Guna ketika dihubungi, Kamis (6/12/2018) siang.
Sementara itu, dilihat dari Tri Wara, pada saat Kajeng merupakan payogan Kala Dengen juga sebagai tanda buruk.
Sedangkan, jika dilihat dari panca wara, yaitu Kliwon merupakan payogan Bhatara Siwa juga merupakan pertanda buruk.
"Bagitu juga dilihat dari Sapta Wara, yaitu Wraspati yang beryoga adalah Kala Banaspati juga tanda buruk. Sehingga secara umum ini merupakan pertanda buruk," kata Guna.
Diberitakan sebelumnya, Kamis (6/12/2018) pukul 09.02 Wita, sebagian besar wilayah Lombok dan Bali diguncang gempa bumi tektonik.
Sebagaimana rilis dari BMKG, gempa ini berkekuatan 5,7 SR dan telah dimutakhirkan menjadi 5,3 SR.
Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 8,5 LS dan 116,06 BT, atau tepatnya berlokasi di darat pada jarak 10 km arah barat laut Kota Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat pada kedalaman 10 km.
Berdasarkan lokasi episenternya, kedalaman hiposenter, dan mekanisme sumbernya, maka gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat aktivitas Sesar Naik Flores (Flores Back Arc Thrust).
Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan gempa ini dibangkitkan oleh deformasi batuan dengan mekanisme pergerakan naik (thrust fault).(*)