Jro Jangol Meninggal Dunia

Arwah Jro Jangol Beri Pesan ini Saat Ritual Nunas Baos, Sempat Tak Mau Berbicara Apa-apa

Arwah Jro Jangol Beri Pesan ini Saat Ritual Nunas Baos, Sempat Tak Mau Berbicara Apa-apa

Tribun Bali
Jro Jangol Nunas Baos 

TRIBUN BALI.COM, DENPASAR - Mantan Wakil Ketua DPRD Provinsi Bali, Jro Gede Komang Swastika alias Jro Jangol (41), meninggal dunia di Rumah Sakit Kasih Ibu, Denpasar, Jumat (28/12/2018) pagi.

Pria yang berstatus narapidana di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Kerobokan ini menghembuskan napas terakhir karena penurunan kesadaran susp. toksik ensefalopati serta gagal napas.

Enam hari setelah Jro Jangol meninggal dunia, pihak keluarga menggelar nunas baos (meminta petunjuk spiritual) kepada seorang taksu yang berada di kawasan Biaung, Gianyar.

Baca: Sesaat Usai Melahirkan, Mahasiswi ini Bekap Bayinya Lalu Ditindih Gunakan Ember Hingga Tewas

Nunas baos itu dilakukan agar keluarga yang ditinggalkan mendapatkan permintaan bekal atau pesan yang ingin disampaikan oleh almarhum.

Namun, pertama saat prosesi nunas baos, arwah mendiang Jro Jangol tidak mau berbicara terkait permintaan bekal atau pesan yang ingin disampaikan oleh alm.

Ten nyak mebaos ragane (Mendiang Jro Jangol tidak mau berbicara),” ujar Jro Putra yang tak lain kerabat sekaligus ipar mendiang Jro Jangol, Kamis (3/1/2019) sore kepada Tribun Bali.

Baca: Istri dan Selingkuhan Lakukan Hubungan Terlarang Saat Malam Tahun Baru, Disanksi dengan Hukum Adat

Selanjutnya, nunas baos kedua digelar.

Namun, arwah Jro Jangol tetap tidak mau berbicara sampai akhirnya digelar nunas baos yang ketiga.

“Nunas baos yang terakhir sampai dua kali ndak mau. Akhirnya ada dasaran taksu masih ada hubungan saudara seolah-olah tertarik oleh kekuatan yang diatas dan akhirnya mau kesini (rumah almarhum) di depan gedung sucinya almarhum,” ungkap Jro Putra.

Baca: Ratanca Ditikam Hingga Tewas di Jalan Putri Dayang Rindu, Pelaku Ngaku Istrinya Dirudapaksa Korban

Akhirnya, arwah Jro Jangol mengutarakan dan berpesan keluarga dan saudara-saudaranya khususnya Jro Putra.

Jro Putra dipesankan untuk meneruskan apa yang telah diperjuangkan dan dicita-citakan sebelumnya oleh almarhum.

“Memiliki gedong suci kan sulit ya. Kalau kita Hindu merawatnya tanpa keikhlasan kan itu menjadi beban. Apa yang ada di gedong suci, benda sakral yang ada di dalamnya minta dirawat. Entah nanti siapa yang meneruskannya dan mewarisi generasi dari almarhum. tetap dirawat terus,” ungkap Jro Putra.

Baca: Sesaat Usai Melahirkan, Mahasiswi ini Bekap Bayinya Lalu Ditindih Gunakan Ember Hingga Tewas

Selain itu, almarhum Jro Jangol juga berpesan kepada keluarga agar ikhlas melepas kepergiannya karena memang sudah menjadi takdirnya.

Prosesi puncak pengabenan akan di gelar Jumat tanggal 4 Januari 2019 mendatang di mulai sejak pagi sekira pukul 08.00 WITA. 

Dimana, padma akan diletakkan di rumah tua almarhum Jro Jangol yang tak jauh dari rumah duka Jalan Pulau Batanta No. 70 Banjar Sebelanga, Denpasar Barat.

“Setelah selesai semua persiapan disini (rumah duka) baru kita bawa kesana (rumah tua). Lalu iring-iringan dari sana menuju setra Banjar Sebelanga dan dilakukan prosesi puncak pengabenan,” tutur Jro Putra.

Izin Luar Biasa

Pihak keluarga juga telah meminta dan berkoordinasi ke Lapas Kerobokan serta instansi terkait lainnya untuk agar istri pertama Jro Jangol, Ratna Dewi, bisa keluar lapas guna melihat almarhum suaminya terakhir kalinya sekaligus mengikuti prosesi ngaben yang dijadwalkan 4 Januari 2019.

Hal ini dibenarkan Kalapas Perempuan Kerobokan, Lili.

Dikatakan, Ratna yang sedang menjalani masa pidana di Lapas Perempuan Kerobokan sudah mengajukan izin ke pihak lapas untuk mengikuti prosesi pengabenan suaminya.  

"Nangis dia, matanya bengkak waktu menghadap saya," kata Lili saat jumpa pers di Kantor Kanwil Kumham Bali, Jalan Raya Puputan Renon, Denpasar,  Jumat (28/12/2018) siang.

Lili menambahkan sekitar pukul 14.00 Wita, perwakilan keluarga Jro Jangol sudah datang untuk meminta izin agar Ratna Dewi bisa menghadiri prosesi pengabenan suaminya.

"Perwakilan keluarga almarhum datang ke tempat kami, dan kami beri syarat-syarat pengajuan izin luar biasa, yakni meminta Surat Kematian, Surat Jaminan Tidak Melarikan Diri, Surat Penjamin dari RT/RW. Itu syarat-syarat untuk bisa keluar. Izin luar biasa namanya," terang Lili di hadapan wartawan.

Selanjutnya, Tim Pengamat Pemasyarakatan (TPP) akan meninjau proses perizinan tersebut.

"Nanti tim yang menentukan apakah perizinan itu disetujui atau tidak, tentunya berdasarkan syarat-syaratnya. Kami akan TPP-kan dulu. Jika syarat terpenuhi, maka kita kasih. Masih ada waktu luang untuk urus kendala teknisnya," tuturnya.

Jika izin luar biasa keluar, yang bersangkutan harus dikawal polisi serta petugas dari Kemenkumham Bali.

“Izin biasanya berlaku satu hari. Kalau sudah selesai harus kembali ke lapas," ungkapnya.

Pastikan karena Sakit

Sementara itu, Kakanwil Kemenkumham Bali Maryoto Sumadi dalam konferensi pers di Kanwil Kemenkumham Bali, kemarin, membantah adanya kabar bahwa Jro Jangol overdosis.

"Saya katakan itu tidak. Tidak overdosis. Gak ada overdosis itu. Overdosis tidak apalagi sakau," kata Maryoto di hadapan wartawan.

Ia mengatakan Jro Jangol meninggal karena sakit.

Dari laporan resmi yang ia terima, mantan politisi Partai Gerindra itu mengalami kejang-kejang dan penurunan kesadaran sebelum meninggal.

"Dari laporan yang masuk di petugas, bahwa dia itu kejang-kejang. Kemudian mengalami penurunan kesadaran. Hal itu dilihat langsung petugas di lapas dan sekitar pukul 01.00 Wita, masih bernapas dia, dan dirujuk ke RS Kasih Ibu Denpasar," jelasnya.

Laporan resmi yang dia terima, Jro Jangol tiba pukul 01.10 Wita di UGD dan dinyatakan meninggal pukul 04.39 Wita.

Dengan diagnosis dan observasi penurunan kesadaran Susp Toksit Ensefalopati plus gagal napas.

"Pas masuk di sana (rumah sakit, red), langsung ditangani dokter jaga. Setelah mendapat perawatan di UGD pasien langsung dirawat di ICU. Namun pada jam 04.39 Wita, dokter menyatakan meninggal dunia," lanjutnya.

Dari keterangan yang dia terima tersebut, sakit yang diderita almarhum mendadak karena sebelumnya tidak ada menderita penyakit.

"Dia baru sakit. Dia sakit juga itu diketahui petugas jaga terdepan, yang dilihat ada sesak napas dan lemas," ujarnya lagi menekankan.

Kasi Binadik Lapas Kerobokan, Nyoman Budi Utami, juga mengatakan Jro Jangol masih terlihat sehat sehari sebelum meninggal.

"Semua seperti biasanya dan terlihat baik-baik saja. Jro Jangol ya ceplas-ceplos juga kita lihat, saat ketemu keluarga juga terlihat senang," ujarnya, kemarin.

Budi Utami juga mengatakan, Jro Jangol sempat berkumpul dengan keluarga baik istri, anak, maupun keluarganya di Lapangan Lapas Kerobokan saat Hari Raya Galungan.

Setelah menerima kunjungan, tim medis Lapas Kerobokan sorenya juga mengecek kesehatan para warga binaan pemasyarakatan (WBP), termasuk Jro Jangol.

"Tiap sore pasti kita periksakan kesehatan warga binaan, ada yang sakit tidak, soalnya kalau malam kan tim medis gak ada yang keliling, tapi ada yang standby di klinik Lapas kita aja," jelasnya.

Namun saat malam hari petugas lapas mendapatkan informasi dari Wisma Danau Batur, bahwa Jro Jangol dalam kondisi tidak sadarkan diri dan kejang pada pukul 00.55 Wita.

Setelah dinyatakan meninggal di RS Kasih Ibu, keluarga bersama petugas Lapas Kerobokan mengurus jenazah Jro Jangol.

"Setelah semua syarat diurus, jenazah kita kembalikan ke pihak keluarga," tambahnya.

Keluhkan Batuk dan Sesak Saat Galungan

Suasana duka menyelimuti rumah almarhum Jro Gde Komang Swastika atau lebih dikenal dengan Jro Jangol di Jalan Pulau Batanta No 70, Banjar Seblanga, Denpasar Barat, Jumat (28/12/2018) siang.

Kerabat dekat, tetangga, dan lainnya berduyun-duyun berdatangan menyampaikan duka cita.

Kepergian Jro Jangol yang terkesan mendadak ini membuat keluarga besarnya sangat terpukul.

Apalagi almarhum sempat merayakan Galungan bersama keluarga di Lapas Kerobokan.

Menurut ipar almarhum, Jro Putra, mantan Wakil Ketua DPRD Bali itu tidak memperlihatkan tanda-tanda atau semacamnya.

Bahkan saat Hari Raya Galungan kemarin pun keluarga besuk ke Lapas Kerobokan, almarhum biasa bercanda bersama anak-anak dan istrinya.

“Kemarin Galungan dan Umanis Galungan kan kunjungan bersama dari pagi. Kondisinya biasa. Ia ceria bersama anak-anak dan istri,” tutur Jro Putra di rumah duka, kemarin.

Namun diakui, Jro Jangol sedikit mengeluhkan sakit flu dan batuk disertai sesak.

“Dini hari tadi (kemarin, red) merasakan sesak hingga terjatuh lalu dilarikan ke rumah sakit oleh pihak lapas,” lanjutnya.

Dari observasi pertama oleh tim medis RS Kasih Ibu Denpasar hingga ditangani di Ruang ICU tidak ada perubahan.

Akhirnya Jro Jangol dinyatakan meninggal dunia pukul 04.39 Wita.

“Jadi Jro tidak ada sempat pesan apa-apa. Dari awal sesak lalu jatuh di dalam sel Lapas Kerobokan hingga terakhir itu tidak ada pesan apa-apa ke keluarga. Dan kami keluarga juga tidak ada firasat atau pertanda apa-apa,” tutur Jro Putra dengan lirih.

Untuk prosesi pengabenan, keluarga besar telah memohon hari baik kepada sulinggih.

Ditetapkan ngaben dilakukan pada 4 Januari 2019.

“Serangkaian pengabenan Jro Jangol akan diawali dengan proses ngeringkes, ngajum, dan ngaskara pada 2 Januari 2019. Sedangkan tanggal 4 Januari merupakan puncak acara yakni pengabenan yang akan digelar di Setra Gandamayu Seblanga,” jelas Jro Putra.

Prosesi pengabenan langsung dilakukan karena Jro Mangol bergelar Jro Gede atau pemangku.

“Jadi tidak boleh ditanem. Memang harus diaben. Kalau dipendemin itu ngeletehin jagad jadi harus langsung diaben. Tapi kami ambil tingkatan upacara yang sederhana,” ujarnya.

Jro Putra mewakili pihak keluarga dari almarhum Jro Jangol juga menyampaikan permohonan maaf bila ada kesalahan-kesalahan, baik yang disengaja maupun tidak sengaja oleh almarhum semasa hidupnya.(*)

Sumber: Tribun Bali
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved