Mengungkap Sejarah Tradisi Mekotek dan Kekutan Kayu Pulet Bisa Digunakan Hingga 10 Tahun
Tradisi Mekotek atau ngrebeg merupakan tradisi sakral dari Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
Penulis: Noviana Windri | Editor: Rizki Laelani
Mengungkap Sejarah Tradisi Mekotek dan Kekutan Kayu Pulet Bisa Digunakan Hingga 10 Tahun
TRIBUN-BALI.COM, MANGUPURA - Tradisi Mekotek atau ngrebeg merupakan tradisi sakral dari Desa Munggu, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung, Bali.
Tradisi Mekotek ini selalu dilaksanakan 6 bulan sekali atau setiap Hari Raya Kuningan.
Tradisi Mekotek atau Ngrebeg Mekotek ini sudah mendapat setifikat dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) pada 27 Oktober 2016 sebagai warisan budaya takbenda Indonesia.
Tradisi Mekotek atau ngerebek merupakan tradisi dengan tujuan tolak bala untuk memohon keselamatan.
Baca: Bali Jadi Tujuan Human Trafficking, Awas! Jangan Sampai Ada Anak Bali Ditrafficking ke Luar
Baca: 8 Deretan Foto Pemedek Saat Sembahyang di Pura Sakenan, Khusyuk, Berdesakan, dan Tetap Semangat
Baca: Berkendara Melawan Arus, Nyawa Wayan Suada Tak Tertolong Setelah Bertabrakan, Kepala Membentur Aspal
Tradisi Mekotek ini sangat diyakini masyarakat sebagai tradisi yang sakral penolak bala untuk mengusir roh jahat.
Tradisi mekotek merupakan tradisi yang sudah ada sejak Kerjaan Mengwi.
Tradisi Mekotek saat itu pernah dihentikan oleh Belanda karena dianggap sebagai pemberontakan.
Namun saat dihentikan, masyarakat desa terkena wabah penyakit dan tradisi Mekotek kemudian dilaksanakan hingga saat ini.
Baca: Polisi Benarkan VA Adalah Vanessa Angel yang Ditangkap di Jawa Timur Terkait Prostitusi Online
Baca: Ini Postingan Sabtu Pagi Vanessa Angel Saat Tiba di Surabaya, Mungkinkah yang Berinisial VA?
Baca: Inisial VA Adalah Vanessa Angel? Jawaban Manager: Yang Saya Tahu Dia Mau nge-MC di Surabaya
Baca: Inisial VA Adalah Vanessa Angel? Jawaban Manager: Yang Saya Tahu Dia Mau nge-MC di Surabaya
Baca: Artis VA dan AV Terus Dimintai Keterangan Soal Dugaan Prostitusi Online, Terciduk Saat Layani Tamu
"Tahun 1940 pernah tidak diizinkan Belanda karena mengira akan menyerang mereka dengan tombak."
"Akhirnya sempat dihentikan sehingga di desa kami terjadi bencana."
"Orang meninggal itu beruntun dan banyak dan di sawah kami banyak hama dan tidak pernah mendapatkan hasil dari pertanian."
"Akhirnya setelah didiskusikan dengan Belanda dan diizinkan kembali untuk melaksanakan tradisi Mekotek tetapi dengan syarat."
"Tidak membawa tongkat, tetapi di atasnya diikat pandan berduri itu lambang dari sebuah tombak, ketajaman dan tamiang simbol permohonan."
"Setelah dilaksanakan kembali desa kami menjadi makmur," jelas I Putu Suada (54) Ketua Pokdarwis (kelompok Sadar Wisata) Desa Munggu, Sabtu (5/1/2019).
Desa Munggu sendiri terdiri dari 1118 KK dan saat dilaksanakan tradisi Mekotek 1 rumah bisa 2-3 anggota keluarga yang ikut partisipasi Tradisi Mekotek.
"Pesertanya hampir 2.000 orang soalnya 1 rumah bisa 2-3 anggota keluarga yang ikut Tradisi Mekotek ini," jelas I Made Rai Sujana (52) Bendesa Munggu melalui telepon.
Menurut pengakuannya, peserta Tradisi Mekotek yang diwajibkan adalah peserta yang sudah dianggap dewasa mulai umur 14 tahun ke atas selama masih kuat dan bisa.
Peserta lelaki memegang kayu dan peserta perempuan mengiringi.
Jenis Kayu Tradisi Mekotek
Kayu yang dibawa saat Tradisi Mekotek ini adalah jenis kayu pulet dengan panjang 3,5 - 4 meter.
Satu peserta Tradisi Mekotek membawa sendiri kayu pulet.
Kayu pulet bisa digunakan berkali-kali dan tahan hingga 10 tahun.
"Kayu pulet bisa dicari di sekitar Desa Munggu atau desa tetangga. Dulu sebelum di sini padat penduduk mudah ditemukan di mana-mana. Namun saat ini banyak ditemukan di Tabanan,"
"Jadi bukan setiap ada Tradisi Mekotek ini kayunya selalu baru. Tapi kayu pulet ini bisa dipakai berkali-kali hingga 10 tahun. Saya di rumah saja punya 5 kayu pulet untuk Tradisi Mekotek dan bisa dipakai berkali-kali," ucap I Made Rai Sujana. (*)