WIKI BALI
TRIBUN WIKI - 6 Pura Ini Dipercayai sebagai Penjaga Sendi-sendi Pulau Bali
Salah satu yang Tribun Bali sajikan di sini yakni enam pura di Bali yang diyakini sebagai penjaga sendi-sendi pulau Bali
Penulis: I Wayan Sui Suadnyana | Editor: Ida Ayu Suryantini Putri
Laporan Jurnalis Tribun Bali, I Wayan Sui Suadnyana
TRIBUN-BALI.COM, DENPASAR - Sudah tidak asing lagi kalau Bali dijuluki sebagai Pulau Seribu Pura.
Julukan ini tentu sangat beralasan, karena ke manapun kaki berpijak maka akan selalu menemukan pura-pura sebagai tempat persembahyangan bagi umat Hindu.
Dari dalam rumah, keberadaan pura di Bali disebut sebagai sanggah atau merajan, keluar sedikit di sekitar tempat tinggal pasti juga terdapat Pura Penataran, Puseh dan Dalem sebagai syarat adanya Desa Pakraman.
Lebih luas lagi, setiap kabupaten di Bali hampir semuanya memiliki pura yang begitu unik dan terkenal.
Berbicara mengenai keunikan sebuah pura di Bali memang seperti tidak akan ada habisnya.
Salah satu yang Tribun Bali sajikan di sini yakni enam pura di Bali yang diyakini sebagai penjaga sendi-sendi pulau Bali atau yang lebih dikenal dengan Sad Kahyangan.
Berikut Pura Sad Kahyangan yang ada di Bali.
1. Pura Besakih

Pura Besakih adalah sebuah komplek pura yang terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem.
Kompleks Pura Besakih terdiri dari 1 Pura Pusat yakni Pura Penataran Agung Besakih dan 18 Pura Pendamping yang terdiri atas satu Pura Basukian dan 17 Pura Lainnya.
Di Pura Basukian, di areal inilah pertama kalinya tempat diterimanya wahyu Tuhan oleh Hyang Rsi Markendya, cikal bakal Agama Hindu Dharma sekarang di Bali sebagai pusatnya.
Pura Besakih merupakan pusat kegiatan dari seluruh Pura yang ada di Bali.
Di antara semua pura yang termasuk dalam kompleks Pura Besakih, Pura Penataran Agung adalah pura yang terbesar, terbanyak bangunan pelinggihnya, terbanyak jenis upakaranya dan merupakan pusat semua pura yang ada di komplek Pura Besakih.
Di Pura Penataran Agung terdapat 3 arca atau candi utama simbol stana dari sifat Tuhan Tri Murti, yaitu Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa yang merupakan perlambang Dewa Pencipta, Dewa Pemelihara dan Dewa Pelebur/Reinkarnasi.
Pura Besakih masuk dalam daftar pengusulan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak tahun 1995.
2. Pura Lempuyang Luhur

Pura Penataran Agung Lempuyang adalah sebuah pura yang terletak di lereng Gunung Lempuyang di Kabupaten Karangsem.
Pura Penataran Agung Lempuyang dianggap sebagai bagian dari kompleks pura di sekitar Gunung Lempuyang, salah satu pura yang sangat dihormati di Bali.
Pura-pura di Gunung Lempuyang, yang diwakili oleh pura tertinggi di puncak Gunung Lempuyang yakni Pura Lempuyang Luhur merupakan salah satu dari Sad Kahyangan Jagad atau "enam tempat suci dunia" yang juga enam tempat sembahyang paling suci di Bali.
3. Pura Goa Lawah

Pura Goa Lawah merupakan sebuah pura yang terletak di Desa Pasinggahan, Kecamatan Dawab, Kabupaten Kkungkung.
Berjarak sekitar 40 km dari ibukota Provinsi Bali, Denpasar.
Pura Goa Lawah dikenal masyarakat karena adanya sebuah goa pada bagian utama pura ini, yang di dalamnya terdapat sekumpulan kelelawar.
Pura ini juga menjadi titik fokus Perang Kusamba, sebuah perang antara Tentara Kerajaan Hindia Belanda yang dipimpin oleh Mayor Jendral Andreas Victor Michiels melawan rakyat Klungkung yang dipimpin oleh Dewa Agung Istri Kanya.
4. Pura Uluwatu

Pura Luhur Uluwatu atau Pura Uluwatu merupakan pura yang berada di wilayah Desa Pecatu, Kecamatan Kuta, Kabupaten Badung.
Pura yang terletak di ujung barat daya pulau Bali di atas anjungan batu karang yang terjal dan tinggi serta menjorok ke laut ini merupakan Pura Sad Kayangan yang dipercaya oleh orang Hindu sebagai penyangga dari 9 mata angin.
Pura ini pada mulanya digunakan menjadi tempat memuja seorang pendeta suci dari abad ke-11 bernama Empu Kuturan.
Ia menurunkan ajaran Desa Adat dengan segala aturannya.
Pura ini juga dipakai untuk memuja pendeta suci berikutnya, yaitu Dang Hyang Nirartha, yang datang ke Bali pada akhir tahun 1550 dan mengakhiri perjalanan sucinya dengan apa yang dinamakan Moksa atau Ngeluhur di tempat ini.
Kata inilah yang menjadi asal nama Pura Luhur Uluwatu.
Pura Uluwatu terletak pada ketinggian 97 meter dari permukaan laut.
Di depan pura terdapat hutan kecil yang disebut alas kekeran, berfungsi sebagai penyangga kesucian pura.
Pura Uluwatu mempunyai beberapa pura pesanakan, yaitu pura yang erat kaitannya dengan pura induk.
Pura pesanakan itu yaitu Pura Bajurit, Pura Pererepan, Pura Kulat, Pura Dalem Selonding dan Pura Dalem Pangleburan.
Baca: Gianyar, Bangli, hingga Buleleng, Ini 3 Pura Tempat Memohon Agar Segera Dianugerahi Anak
Baca: Berharap Punya Anak Kembar? Mohon Keturunan di Pura Penataran Agung Puncak Gunung Kembar Kenusut
Baca: Nostalgia Nangkil dengan Jukung Sepi Peminat, Pemedek ke Pura Sakenan Lewat Jalur Darat
Masing-masing pura ini mempunyai kaitan erat dengan Pura Uluwatu, terutama pada hari-hari piodalan-nya.
Piodalan di Pura Uluwatu, Pura Bajurit, Pura Pererepan dan Pura Kulat jatuh pada Selasa Kliwon Wuku Medangsia setiap 210 hari.
Manifestasi Tuhan yang dipuja di Pura Uluwatu adalah Dewa Rudra.
Pura Uluwatu juga menjadi terkenal karena tepat di bawahnya adalah pantai Pecatu yang sering kali digunakan sebagai tempat untuk olahraga selancar, bahkan event internasional seringkali diadakan di sini.
Ombak pantai ini terkenal amat cocok untuk dijadikan tempat selancar selain keindahan alam Bali yang memang amat cantik.
5. Pura Batukaru

Pura Luhur Batukaru adalah pura sebagai tempat memuja Tuhan sebagai Dewa Mahadewa.
Karena fungsinya untuk memuja Tuhan sebagai Dewa yang menumbuhkan tumbuh-tumbuhan dengan mempergunakan air secara benar, maka di Pura Luhur Batukaru ini disebut sebagai pemujaan Tuhan sebagai Ratu Hyang Tumuwuh yakni sebutan Tuhan sebagai yang menumbuhkan.
Pura Luhur Batukaru terletak di Desa Wongaya Gede, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan.
Lokasi pura ini terletak di bagian barat Pulau Bali di lereng selatan Gunung Batukaru.
6. Pura Pusering Jagat

Pura Pusering Jagat memang merupakan pura penting di Bali.
Pura ini termasuk satu dari enam pura kahyangan jagat yang berposisi di tengah-tengah.
Dalam kosmologi Hindu, tengah adalah sthana (tempat bersemayam) Dewa Siwa.
Pura Pusering Jagat terletak di desa Pejeng yang di masa lampau merupakan pusat Kerajaan Bali Kuna.
Banyak yang menduga bahwa kata pejeng berasal dari kata pajeng yang berarti payung.
Dari desa inilah raja-raja Bali Kuna memayungi rakyatnya.
Namun, ada juga yang menduga kata pejeng berasal dari kata pajang (bahasa Jawa Kuna) yang berarti sinar.
Diyakini, dari sinilah sinar kecemerlangan dipancarkan ke seluruh jagat.
(*)