Capres Fiktif Nurhadi-Aldo Dan Peringatan Makin Besarnya Potensi Golput

Ketika Pilpres diikuti dua pasangan calon, Burhanudin mengatakan, tingkat polarisasi memang begitu besar. Masyarakat seolah terbagi dua.

Editor: Eviera Paramita Sandi
(KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG)
Calon presiden nomor 10 Nurhadi, yang banyak diusung di media sosial dengan nama Duet Nurhadi dan Aldo tampil di acara live Rosi di Studio Kompas TV di Menara Kompas, Palmerah, Jakarta Barat, Kamis (10/1/2019) Tak lupa, dalam poster itu pun tercantum visi misi, hingga tagline. Tertulis jelas calon Presiden dan Wakil Presiden Indonesia, Nurhadi dan Aldo (Dildo) dari nomor urut 10 dengan dari koalisi Tronjal-Tronjol Maha Asik. 

Sementara itu, Direktur Materi dan Debat Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga, Sudirman Said juga setuju dengan hal itu.

Dia setuju jika Nurhadi muncul karena suasana sumpek yang dihasilkan dalam proses Pilpres ini. Namun, dia juga setuju fenomena ini harus dijaga agar tidak berkembang ke arah yang salah.

"Mesti dijaga, jangan sampai tujuan untuk mengingatkan, tapi malah melawan sistem begitu rupa hingga akhirnya tujuan pemilu tidak tercapai," kata Sudirman.

Apatisme pada politik Dalam kesempatan sama, Direktur Eksekutif Indikator Politik Burhanudian Muhtadi menjelaskan, ada perbedaan antara swing voters dan undecided voters.

Swing voters adalah pemilih yang sudah punya pilihan, tetapi bisa pindah ke lain hati.

Undecided voters adalah mereka yang benar-benar belum menentukan pilihan.

Jumlah undecided voters berdasarkan survei Indikator sebesar 9,2 persen, sedangkan swing voters sebesar 15 persen.

Sementara itu, potensi golput ada sekitar 20-25 persen. Burhanudin mengatakan, kehadiran Nurhadi dengan kutipan satirnya bisa menambah ketidakpedulian masyarakat terhadap pemilu. "Itu bisa menambah apatisme politik," ujar Burhanudin. Meskipun, ada sisi positifnya, yaitu mengurangi polarisasi pendukung Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga.

Ketika Pilpres diikuti dua pasangan calon, Burhanudin mengatakan, tingkat polarisasi memang begitu besar. Masyarakat seolah terbagi dua.

Konten mengenai Nurhadi seolah menjadi pengaman untuk mengurangi ketegangan antara pendukung dua pasang calon itu. (*)

Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved